Page 111 - Kumpulan Cerita Rakyat Pamona, Sebuah Intepretasi Baru
P. 111
benda-benda berharga seperti sapu tangan, kain sarung,
baju dan lainnya sebagai hadiah untuk mereka yang
menyanyi. Hal-hal yang kamu mungkin terlewatkan tadi
seperti njo’u ri pesale atau pergi gotong royong di mana
uniknya warga akan saling mengajak dan mengingatkan.
Dan tentu saja, ada dero, tarian tradisional kebanggaan
warga,” kata Lelengkaa.
“Itu aku tahu, tidak perlu dijelaskan. Dero yang
merupakan tari ungkapan rasa syukur kepada Sang
Pencipta. Gerakan tarian ini didominasi dengan gerakan
mengayunkan tangan ke depan dan gerakan kaki ke kiri
dan ke kanan mengikuti irama, formasi penari akan
bergerak searah dengan jarum jam. Tarian yang indah,”
komentarku.
“Sekaligus tari yang menggambarkan keterbukaan dan
keramahan orang-orang di Pamona dalam memandang
kedudukan setiap orang yang sama di hadapan Sang
Pencipta, tanpa memandang perbedaan asal-usul maupun
hal lainnya. Semangat sintuwu maroso yang tadi aku
sebutkan telah mendarah daging di berbagai bentuk
aktifitas kehidupan keseharian mereka,” sambung
Lelengkaa.
Mendadak bumi bergoncang hebat, dan aku sempat panik,
hendak berdiri dan berlari mencari tempat berlindung,
tetapi Lelengkaa memintaku tetap tenang.
“Sudah saatnya kita bertemu dengan Puloru,” kata
Lelengkaa yang lalu mematuk lututku. Seketika kami
berada di atas sebuah batu besar menghadap ke pohon
107