Page 200 - ETPEM2016
P. 200
3) the actualization and application of moral virtue (aktualisasi
dan aplikasi kebajikan moral).
Istilah kompetensi etik ini digunakan pula oleh Iordanis
Kavathatzopoulos di lapangan pembelajaran komputer, oleh Dr.
Franklin di lapangan pekerjaaan sosial dan oleh Tor Nordenstam di
lapangan pembangunan. Penggunaan di berbagai lapangan
ilmu/pekerjaan tersebut menunjukkan kesamaan maksud yakni
bahwa kompetensi etik merupakan kemampuan seseorang untuk
beretika di lingkungan kehidupannya.
Kompetensi etik memiliki wujud, proses, dan fungsi, dengan
unsur, ciri, dan sifatnya masing-masing.
Wujud/bentuk/rupanya mengandung unsur-unsur
pengetahuan etik, sikap mental etik, dan keterampilan etik. Cirinya,
menunjukkan kemampuan manusia dalam berperilaku yang
bernilai baik-buruk secara moral. Sedangkan sifatnya, bertingkat
(berskala ordinal rendah-tinggi). Secara hipotetik dapat dikatakan
bahwa kompetensi etik seseorang menjadi lebih tinggi jika
pengetahuan etiknya bertambah, sikap mental etiknya positif
menguat, dan keterampilan etiknya meningkat.
Prosesnya terdiri dari unsur-unsur pemahaman, penerimaan,
dan pelembagaan nilai-nilai etik; serta penaatan norma-norma etik.
Cirinya, proses tersebut berlangsung dengan pola peragaan
(berasal dari kesadaran dalam diri pelaku), dan pola pelakonan
(berasal dari luar diri pelaku). Sedangkan sifatnya, pengetahuan,
sikap mental, dan keterampilan etik satu sama lainnya saling
berpengaruh. Pada suatu saat, pengetahuan etik berpengaruh
184