Page 83 - ETPEM2016
P. 83

BAB III
                                ETIKA PEMERINTAHAN


               3.1  Konsep Etika Pemerintahan

                     Secara  historis,  etika  merupakan  hasil  tuntutan  manusia
               untuk hidup bahagia melalui cara-cara yang tertib, teratur, rukun,
               nyaman, dan aman. Semakin banyak kegiatan manusia, semakin
               banyak  pula  jenis  etika  yang  dituntut  kehadirannya,  termasuk
               tuntutan terhadap kehadiran etika pemerintahan.
                     Djadja  Saefullah  (2006:169)  berpendapat  bahwa  ada  dua
               faktor  utama  yang  mendorong  diberlakukannya  etika  dalam
               pemerintahan. Pertama, perilaku korupsi para pejabat publik yang
               menyertai     reformasi     atau    perubahan      pemerintahan.
               Penyimpangan-penyimpangan  dalam  perubahan  pemerintahan
               yang menyuburkan perilaku korupsi menggugah perlunya kode etik

               pemerintahan. Kedua, adanya asosiasi atau organisasi profesi yang
               terpanggil  untuk  ikut  bertanggungjawab  dalam  mencegah  atau
               memberantas  penyimpangan-penyimpangan  dalam  kegiatan
               pemerintahan  sehari-hari.  Dengan  kata  lain,  etika  pemerintahan
               diintroduksi   untuk    melindungi   kepentingan     publik   dari
               penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan para pejabat dalam
               lembaga-lembaga  pemerintahan.  Inilah  tujuan  pokok  etika
               pemerintahan dihadirkan.

                     Tujuan  tersebut  sebetulnya  tidak  jauh  berbeda  dengan
               tujuan kehadiran norma lain, seperti norma hukum secara umum
               atau hukum pemerintahan secara khusus dalam kehidupan suatu
               negara.  Yang  membedakannya,  etika  pemerintahan  lebih

                                                                              67
   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88