Page 79 - ETPEM2016
P. 79
pola perilaku para anggota organisasi, alat pembentuk, dan ciri
budaya organisasinya.
Telah disinggung di bagian sebelumnya, bahwa dalam etika,
sesuai dengan sifat nilainya yang ‘imperatif kategoris’ (mewajibkan
diwujudkan tanpa syarat), maka nilai etik secara otomatis
membutuhkan kehadiran norma etik.
Apakah yang dimaksud dengan norma etik ?
Dengan mengacu pada arti norma secara umum, maka yang
dimaksud dengan norma etik adalah aturan yang ‘mengarahkan
perbuatan’ manusia agar sesuai dengan nilai etik yang dianut, dan
‘menjaganya’ agar nilai etik tersebut dapat terpelihara.
Dengan kehadiran norma etik, nilai etik dapat dipaksakan
untuk diaktualisasikan (diwujudkan) dan dipelihara dalam
sikap/perilaku/perbuatan seseorang atau sekelompok orang. Nilai
etik ‘kerajinan’ misalnya, tidak dapat diwujudkan atau dipelihara
jika tidak disertai dengan norma etiknya, seperti larangan mangkir,
bolos, atau bermalas-malasan. Itulah sebabnya, norma etik selalu
disertai sanksi etik. Siapapun yang melanggarnya akan dikenai
sanksi etik dari dirinya atau dari orang lain. Misalnya, jika seorang
pegawai mangkir kerja selama tujuh hari bertutut-turut maka ia
dapat dikenai sanksi etis oleh atasannya.
Satu nilai etik biasanya tidak dikawal hanya oleh satu norma
etik, tetapi dikawal oleh banyak norma etik. Contoh, nilai
kesantunan dalam berbicara Sunda di Cianjur, dikawal oleh undak-
usuk basa (cara pemilihan kata yang tepat menurut tingkatan
status), lentong (cara melagukan ucapan), pasemon (cara
menunjukkan mimik muka), dan rengkuh (cara melakukan gerak
tubuh).
63