Page 122 - Toponim Magelang
P. 122

110         Toponim Kota Magelang












                                6. Kemirikereb


                                Di Magelang, kata  “kemiri” disematkan  masyarakat dalam  tiga  kampung, yakni
                                Kemirikerep, Kemirikerep Krajan, dan Kemirirejo. Menurut keterangan dari sesepuh
                                kampung, daerah yang bernama Kemirikerep ini dulunya banyak ditanami pohon kemiri
                                (Aieuritcs moluccan). Setiap orang mudah atau sering (kereb) menjumpai tanaman kemiri
                                di wilayah ini, sehingga kenyataan tersebut memunculkan inspirasi warga setempat
                                untuk pemberian nama  Kemirikerep. Selain Kampung  Kerimikereb, di Magelang
                                era kolonial juga tercatat nama Kampung Kemirikerep Krajan. Terminologi “krajan”
                                merujuk pada ruang yang bertemali dengan pusat pemerintahan kerajaan, kabupaten,
                                atau pusat administrasi yang lebih rendah yang bertugas mengatur kehidupan politik-
                                hukum masyarakat lokal. Sementara istilah “reja” menautkan pada kondisi daerah yang
                                makmur, maka dapat diterka bahwa Kemirirejo merupakan kawasan yang ditanami
                                pohon kemiri dengan warga penghuninya hidup berkecukupan sebagai petani.

                                Mengutip penjelasan  mantan pegawai  Dinas  Perkebunan  Jawa Tengah, Imam  Budi
                                Santoso (2017), pohon kemiri sudah dibudidayakan cukup lama  dan luas di tanah
                                Jawa. Pohonnya cukup besar dengan tingginya mencapai 40 m. Di masa lalu kemiri
                                ditanam  untuk mendapatkan buahnya yang diolah  jadi berbagai masakan  (sayur).
                                Dalam  perkembangannya, biji kemiri dapat diekstrak untuk menghasilkan minyak
                                yang berguna untuk keperluan industri. Seperti bahan campuran cat, mengawetkan
                                kayu, bahan sabun, bahan campuran isolasi, pengganti karet. Penanaman kemiri
                                pada masa kini kebanyakan hanya untuk memperoleh minyaknya. Pohon kemiri yang
                                cukup besar dapat menghasilkan 30-80 kg kacang kemiri, dengan kandungan minyak
                                sekitar 15-20%. Tetapi minyak kemiri baru digunakan kepentingan lokal dan belum
                                diperdagangkan  secara internasional. Kayu kemiri berwarna keputihan dan ringan
                                serta mudah diserang jamur atau serangga. Maka, meskipun dapat menghasilkan kayu
                                yang berukuran besar, kayu kemiri jarang digunakan sebagai bahan bangunan.


                                Dari paparan  di muka, dapat dianalisis  bahwa masyarakat Magelang  di masa  silam
                                memanfaatkan pohon kemiri untuk keperluan memasak sayur, karena belum
                                mengenal pengembangan teknologi industri dengan bahan dari biji kemiri. Walaupun
                                mempunyai tekstur yang keras, namun mudah untuk dihancurkan. Daging dari kemiri
                                sendiri berwarna putih. Tempo dulu, orang Magelang tidak risau dengan kelangkaan
                                kemiri, sebab daerah yang menjadi cikal-bakal Kampung Kemirikerep (Krajan) banyak
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127