Page 178 - Jalur Rempah.indd
P. 178
168 REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
berlangsung perlawanan Raden Patah melawan Majapahit. Pada masa itu
disebutkan munculnya nama Pate Udra atau Oedra. Kata Pate ditemukan
kembali dalam Pate Unus atau Pate Quetir atau Katir. Kata Pate atau Pati
dalam perkembangan selanjutnya menjadi kata ‘Patih’ yang merupakan gelar
para bupati Jawa atau adipati yang berarti penguasa tinggi.
Meskipun Barbosa dianggap memihak, ia tidak menjelaskan secara rinci
tentang kemajuan Islam di Jawa. Namun ia menunjukkan berbagai hal dalam
kisah Jawa, yang dengan kejatuhan Majapahit telah mematahkan kekuasaan
Hindu di wilayah Jawa, walaupun tidak seluruhnya hancur. Di sejumlah
tempat di sebelah timur Surabaya mereka masih bisa bertahan untuk jangka
waktu lama. Mereka yang bertahan ini dipimpin oleh seorang bangsawan dari
Majapahit yang terus berusaha untuk mengembalikan kekuasaan mereka atas
seluruh pulau Jawa.
Menurut laporan ini, yang menjadi dasar dari gambaran umum tentang
hubungan Bali dan Jawa, yaitu tentang pelarian sekelompok orang Hindu di
Jawa di bawah Dipati Gugur yang dikejar oleh orang-orang yang menyebarkan
agama Islam. Mereka dikejar sampai Blambangan, yang memaksanya pergi
berlayar, kemudian melarikan diri ke Bali. Kisah ini dipandang berbeda,
ketika orang hanya menganggap bahwa penegakan pengaruh Hinduisme
di Bali berasal dari kesepakatan para pelarian Jawa ini. Jelas bahwa pulau
ini sebelumnya tunduk kepada Majapahit, seperti halnya juga kisah orang
Bali yang menganggap Hindunisasi sebagian berasal dari para penakluk
sebelumnya dan sebagian lagi dari pelarian yang terjadi belakangan. Akan
tetapi perpindahan orang Hindu Jawa ke Bali dimulai dengan pelarian prajurit
Majapahit. Menurut laporan ini, putra mahkota Majapahit, Dipati Gugur,
setelah terusir dari Malang pada awalnya menemukan tempat persembunyian
di Blambangan. Ia tinggal di sana, kemudian menjadi leluhur raja-raja
Blambangan, dan baru beberapa tahun kemudian berangkat ke Bali dan diakui
169
sebagai Dewa Agung atau penguasa tertinggi. Diduga pembangunan kota itu
berasal dari Dipati Gugur yang puing-puingnya masih ditemukan di dekat Raga
Jampi di daerah Asisten Karesidenan Banyuwangi sekarang ini dan dikenal
169 Ibid, hlm. 253.