Page 212 - Jalur Rempah.indd
P. 212
202 REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
semua pulau saling dikenal dengan nama Maluco, masing-masing pulau secara
khusus memiliki pulau sendiri. Letaknya terbentang dari utara ke selatan,
satu berdampingan dengan yang lain. Yang pertama adalah Ternate, kedua
adalah Tidore, tiga yang lain adalah Moutel (Motir), Maquiem (Makian) dan
Bachao (Bacan). Letaknya di bawah katulistiwa, dan berdekatan dengan garis
itu sehingga Ternate tidak sampai setengah derajad jaraknya. Awak kapal
memperhitungkan perjalanan dari sana ke Malaka sejauh 300 mil. Pada masa
ketika Antonio de Brito tiba, ada tiga orang raja yang memerintah: Ternate
oleh Cachil Boahat, seorang anak berumur tujuh tahun dan putra dari Buleyfe
yang paling banyak mendesak pembangunan sebuah benteng, yakni Tidore
oleh al Mansur dan Bacan oleh Laudim. 193
Antonio de Brito mendarat di Ternate, yang mengejutkan dan
menggembirakan bagi ratu janda dan disambut dengan pesta oleh seluruh
penduduk, karena baik ratu maupun rakyatnya yakin bahwa Ternate
dianugerahi secara luar biasa dibandingkan dengan pulau-pulau lain sebagai
akibat dari kehormatan dan keuntungan yang dibawa oleh orang Eropa dan
sebuah benteng di sana. Tanpa menunda pekerjaan itu, Antonio de Bruito
memilih hari Santa Johanes (24 Juni) tahun itu (1522) untuk meletakkan batu
pertama. Pada hari yang ditetapkan, dia bersama pasukan dan armadanya
tampil dalam busana pesta. Dia sendiri bersama beberapa orang dikalungi
karangan bunga dan rempah-rempah harum yang dikumpulkan orang pagi
itu untuk menghormati peristiwa suci ini. Antonio dengan tangannya sendiri
meletakkan batu pertama benteng yang digunakan untuk mengenang pesta
itu, dengan nama Sao Joao. Kompleks itu berada di atas pelabuhan, yang
terletak dekat kota di atas sebuah batuan karang yang menjadi pondasi kokoh
bangunan ini.
Orang-orang Portugis bekerja keras, penduduk setempat membantu dan
tembok berdiri di mana-mana. Tetapi semangat orang-orang itu tidak bisa
bertahan lama. Pekerjaan ini belum selesai dalam waktu lama, ketika ratu dan
banyak bangsawannya terbangun dari sebuah mimpi, mulai merenungkan
bahwa ia akan diberi tanggungjawab untuk tumbuh terus dengan
193 J.C. van Leur, Indonesian Trade and Society (‘s Gravenhage: W. van Hoeve, 1967).