Page 213 - Jalur Rempah.indd
P. 213
REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA 203
pembangunan benteng itu. Perlawanan muncul ketika pekerjaan itu hampir
selesai. Jelas bisa diduga dari kurangnya kerajinan. Al Mansur, raja Tidore,
menyampaikan kekecewaan kepada ratu dan putrinya. Ia menunjukkan
bahwa Cachil Darus, saudara raja muda yang telah memerintah daerah ini
baginya, memiliki lebih banyak kekuatan di kerajaan itu daripada putranya
yang menjadi raja dan dalam waktu singkat akan mengangkat dirinya sebagai
raja dengan bantuan panglima Portugis dan benteng itu; rencananya adalah
memerangi orang Eropa sebelum benteng itu bisa dipertahankan dan segera
mencari cara untuk membunuh capitao. Pada mulanya peracunan dicoba. Al
Mansur menyelanggarakan sebuah pesta besar. Panglima diundang untuk ikut
terlibat; tetapi dia mencium hal itu dan dengan dalih tidak sehat, mencoba
menghindar. Suatu cara lain sebagai strategi diikuti setelah itu. Hal ini terdiri
atas mencegah pengangkutan ke pasar yang selama ini melayani mereka.
Kekurangan logistik begitu hebat sehingga tidak ada uang untuk bisa membeli
seekor ayam, sementara di dalam benteng banyak orang sakit. Panglima
memutuskan untuk berbuat sesuatu, yang tampaknya sangat sulit tetapi
diperlukan dalam kondisi yang ada. Ia memerintahkan atas seizin Cachil
Darus, yang tetap setia kepada kjita, untuk membawa raja muda, saudara dan
ibunya ke dalam benteng. Sang ibu yang menyadari kesalahannya pada saat itu
melarikan diri ke pegunungan; para pemuda itu datang tetapi di sana mereka
diperlakukan dengan sangat sopan, membuat rakyat tenang dan keamanan
benteng terjamin. Namun, karena al Mansur raja Tidore menjadi provokator
utama dari perpecahan ini, panglima menyatakan perang kepadanya.
Tindakan pertama yang dilakukan oleh Antonio de Brito disampaikan
dengan tiupan terompet, bahwa orang Portugis telah menyatakan perang
melawan raja Tidore, dan menyampaikan di Ternate bahwa ia menjanjikan
hadiah dalam bentuk kain tenun buatan pabriknya bagi setiap kepala orang
Tidore. Perang berlangsung sangat sengit sehingga dalam waktu beberapa
hari de Brito berhasil melakukan pembalasan berdarah. Orang-orang
bumiputera Ternate pergi, karena mereka sangat nekad di perahu mereka
untuk melakukan serangan ke Tidore, memuati perahunya dengan kepala
penduduk bumiputera yang malang dan dalam waktu dekat mereka berhasil