Page 218 - Jalur Rempah.indd
P. 218
208 REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
Lobu, di sebuah pelabuhan dan kota di pulau Sumatera, sempat terjadi bahwa
salah satu kapal Portugis berlayar ke sana untuk menjalin perdagangan,
seperti pada bangsa yang bersahabat. Tanpa gangguan masuk ke kota itu.
Namun tiba-tiba diserang oleh orang Moor, tanpa alasan apa pun kecuali
kebencian yang ditunjukkan orang kepada orang Portugis. Semua orang
Portugis dan pengikutnya dibunuh. Jorse Cabral menduga bahwa kehormatan
bangsa Portugis telah dinodai oleh pembunuha ini. Untuk itu, Jose Cabral
mengirimkan Alvaro de Brito dengan tujuh puluh orang dalam sebuah
kapal layar. Orang-orang Moor itu takut kepada mereka. Oleh karenanya.
Jose Cabral memutuskan untuk menggunakan taktik, apa yang bisa dicapai
dengan kekecewaan dan kekerasan itu. Kecerobohan dan ketidak hati-hatian
mendorong orang percaya pada kata-kata palsu dan kepatuhan semu orang
Moor ini. Ketika mereka menunggu sesuatu, mereka tiba-tiba diserang oleh
musuh sehingga semua termasuk pimpinannya dibunuh, sementara kapal layar
itu direbut bersama persenjataannya. Jorze Cabral memerintahkan Martim
Correa yang tiba di Malaka untuk membalas pengkhianatan ini. Ia menyeberang
ke daratan lain pada malam hari dan pada fajar menyerang kota, merebutnya
dan membakarnya dengan api dan pedang, tanpa menyisakan kehidupan. Jorze
Cabral Ia membalas penghinaan terhadap orang Portugis dan memberikan
pelajaran yang baik kepada Raja Lobu dan lingkungan sekitarnya.
Sementara itu, di Maluku, pada hari terakhir tahun 1526, di Tidore sebuah
kapal tiba dari Kastil; salah satu dari tujuh kapal yang dikirim oleh raja dari
Corunha ke Maluku pada 1526, setelah penggabungan para hakim dan
pelaut kedua kerajaan ini yang terjadi antara Elvas dan Badajoz pada 1524,
dibubarkan tanpa memberikan hasil apapun. Panglimanya adalah Garcia
Jofre de Loayza, ksatria dari ordo Santo Jan. dia mencapai kepulauan Maluku
melalui Selat Magelhaes, tetapi dari seluruh armadanya hanya kapalnya
yang sampai di Maluku pada akhir 1526. Sebagai nahkoda, di sana masih
disebutkan Martim Inhigues, seorang Biscaya, karena kematian panglimanya
Loayza dan dua orang lain yang menggantikan posisinya. Dom Garcia, yang
mendengar kabar kedatangan kapal itu, membujuk orang-orang Kastil melalui
rayuan dan persahabatan agar memihak kepadanya, dan setelah silih berganti