Page 80 - Jalur Rempah.indd
P. 80
70 REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
Yunani, dan Romawi tidak berasal dari kepulauan Indonesia tetapi berasal dari
daerah lain seperti lada dari Malabar (India) dan kayu manis dari Srilangka.
Pada awal abad Masehi, ekonomi Eropa menjadi semakin baik menyusul
terbangunnya Pax Romana. Hal ini juga mengondisikan terjadinya kenaikan
permintaan terhadap berbagai komoditi dagang dari negeri-negeri seberang.
India barangkali tidak mampu lagi memenuhi demand untuk pasar Eropa.
Lagi pula rempah dari India tidaklah lengkap karena hanya menyediakan
lada. Dalam hal ini kepulauan Indonesia menghasilkan semua jenis rempah-
rempah baik lada, kayu manis, pala, cengkeh, dan sebagainya. Jadi revolusi
transportasi maritim pertama kali di Nusantara terjadi pada awal abad
masehi ketika terjadi perubahan rute perdagangan dari rute daratan (jalan
sutra) ke jalan maritim (jalur rempah). Perubahan rute perdagangan global
ini di samping dipicu oleh ketidakamanan jalan darat melalui Asia Tengah
juga permintaan produk rempah yang semakin meningkat yang juga mampu
dihasilkan oleh daerah-daerah di kepulauan di Nusantara. Sejak saat itu geliat
perdagangan rempah-rempah menjadi sangat spektakuler. Perdagangan
rempah-rempah ini menjadi driving force bagi kegiatan perdagangan dan
pelayaran secara umum selama berabad-abad. Perdagangan maritim telah
memberikan dampak bagi ekspansi pedagang India, Arab dan Parsi ke dunia
timur. Selain itu perubahan ini juga mendorong lahirnya berbagai emporium
di Nusantara seperti Sriwijaya, Melayu, Samudera Pasai, Majapahit, Malaka,
Demak, Ternate, Tidore, Makassar, dan sebagainya. 87
Sejak perkembangan kekuatan Islam mulai abad ke-7 masehi, baik jalur
sutera melalui daratan Asia Tengah maupun jalur rempah di sepanjang
Samudera Hindia, Selat Malaka, kepulauan Nusantara dan Laut Cina Selatan
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dalam waktu singkat mata
rantai jalur sutera di di kawasan bibir timur Mediterania, Asia Barat, dan Asia
Tengah berada di bawah payung kekuasaan Islam sehingga memungkinkan
jalur sutera relatif aman kembali.
Sebagaimana diketahui bahwa ekspansi Islam semasa Nabi Muhammad
87 Kajian mengenai hubungan antara perdagangan maritim dan munculnya berbagai kekuatan politik di
Asia Tenggara telah dilakuakn oleh beberapa sarjana seperti Kenneth R. Hall., Maritime Trade and State
Development in Early Southeast Asia (Honolulu: University of Hawaii Press, 1984).