Page 53 - Sejarah-Materi Kelas X XI XII yusufstudi.com
P. 53

Organisasi itu mempunyai corak sebagai organisasi modern, yaitu mempunyai
               pimpinan, ideologi dan keanggotaan yang jelas. Kemudian diikuti oleh organisasi-
               organisasi lain yang membawa pada perubahan sosial-politik. Organisasi BU bersifat
               kooperatif terhadap pemerintah kolonial Belanda. BU bersifat tidak membedakan
               agama, keturunan, dan jenis kelamin. Pada mulanya organisasi ini orientasinya
               hanya sebatas pada kalangan priyayi, namun pancaran etnonasionalisme semakin
               terlihat saat dilaksanakan
               kongres BU pada 3-5 Oktober 1908, di Yoyakarta. Dalam kongres itu dibahas
               tentang dua prinsip perjuangan, golongan muda menginginkan perjuangan politik
               dalam menghadapi pemerintah kolonial, sedangkan golongan tua mempertahankan
               cara lama yaitu perjuangan sosio-kultural.  Orientasi politik semakin menonjol di
               kalangan muda kemudian mencari organisasi yang sesuai dengan mendirikan
               Sarekat Islam. Pada waktu dibentuk Dewan Rakyat (Volksraad) pada tahun 1918,
               wakil-wakil BU duduk di dalamnya. Pemerintah dengan demikian tidak menaruh
               curiga karena sifat BU yang moderat. Pemerintah Hindia Belanda mengakui BU
               sebagai organisasi yang sah pada Desember 1909. Dukungan dari Pemerintah
               Hindia Belanda ini tidak lain sebagai bagian dari pelaksanaan Politik Etis. Ini
               menyebabkan kecurigaan oleh kalangan bumiputera. BU mulai kehilangan
               wibawanya pada tahun 1935, organisasi itu bergabung dengan organisasi lain
               menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra). Namun demikian, dengan segala
               kekurangannya BU telah mewakili aspirasi pertama rakyat Jawa ke arah kebangkitan
               dan juga aspirasi rakyat Indonesia. Keberadaan BU memberikan inspirasi untuk
               organisasi-organisasi modern lainnya, seperti Jong Sumatra, Jong Ambon, Sedio
               Tomo, Muhammadiyah, dan lain-lain.

                   2. Sarekat Islam
               SI awalnya adalah Sarekat Dagang Islam yang terbentuk akibat kegelisahan R.M
               Tirtoadisuryo yang mengetahui pedagang pribumi terdesak akibat pengusaan
               pedagang Cina. Pada mulanya SI bertujuan untuk kesejahteraan sosial dan
               persamaan sosial. Sebagai perkumpulan dagang SDI kemudian berpindah ke
               Surabaya yang merupakan kota dagang di Indonesia. SDI selanjutnya dipimpin oleh
               Haji Umar Said Cokroaminoto. Cokroaminoto dikenal sebagai seorang orator yang
               cakap dan bijak, kemampuannya berorator itu memikat anggota-anggotanya. Di
               bawah kepemimpinannya diletakkan dasar-dasar baru yang bertujuan untuk
               memajukan semangat dagang bangsa Indonesia. Disamping itu SDI juga
               memajukan rakyat dengan menjalankan hidup sesuai ajarana agama dan
               menghilangkan paham yang keliru tentang agama Islam. SDI kemudian berubah
               nama menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1913. Pada kongres SI yang pertama,
               tanggal 26 Januari 1913, dalam pidatonya di Kebun Bintang Surabaya, ia
               menegaskan bahwa tujuan SI adalah menghidupkan jiwa dagang bangsa Indonesia,
               memperkuat ekonomi pribumi agar mampu bersaing dengan bangsa asing. Usaha
               di bidang ekonomi itu nampak sekali dengan didirikannya koperasi di Kota
               Surabaya. Di Surabaya pula berdiri PT. Setia Usaha, yang bergerak tidak saja
               menerbitkan surat kabar “Utusan Hindia”, juga bergerak di bidang penggilingan
               padi dan perbankan. Usaha itu dimaksudkan untuk membebaskan kehidupan
               ekonomi dari ketergantungan bangsa asing. Dalam waktu kurang dari satu tahun SI
               sudah berkembang pesat dengan banyaknya cabang di berbagai daerah. Ini
               merupakan ancaman bagi pemerintah kolonial sehingga mereka membuat
               peraturan untuk menghambat perkembangan SI. Kemudian dibentuklah Central
               Sarikat Islam (CSI) yang
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58