Page 42 - Perempuan Dalam Gerakan Kebangsaan
P. 42

Perempuan dalam Gerakan Kebangsaan
                                       Perempuan  dalam  Gerakan Kebangsaan
               Pemerintah Hindia Belanda tentang perlunya pengajaran diberikan
               kepada rakyat Jawa: Kata Ayah dalam notanya: Pemerintah tidak
               mungkin dapat menyediakan nasi di piring bagi setiap orang Jawa
               untuk dimakannya, tetapi apa yang dapat dilakukan oleh Pemerintah
               ialah memberikan kepadanya daya upaya agar ia mencapai tempat
               di mana makanan itu terdapat. Daya upaya ini ialah: Pengajaran.
               (Kartini dalam Sulastin 1979:31).

                   Dengan pengajaran, rakyat diberi sarana hidup ibarat diberi kail,
               bukan ikan. Rakyat Jawa yang miskin dan bodoh tidak bisa dibiarkan
               sendiri, sementara para kalangan atas memikirkan dirinya sendiri.
               Demikian pula dengan apa yang dilakukan oleh Pemerintah Hindia
               Belanda, pada ujungnya hanyalah untuk kepentingan penguasa, baik
               penguasa Belanda atau penguasa Bumiputera.
                   Sampai sekarang boleh dikatakan hanyalah untuk menjamin
               ketenangan Negara, dan agar penghasilan masuk dengan teratur!
               (surat Kartini untuk Stella Z, 12 januari 1900). Oleh karena itu,
               masyarakat kalangan atas atau para bangsawan perlu memikirkan
               cara yang tepat untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Itulah
               sebabnya, Kartini berpendapat bahwa perbaikan nasib rakyat dan
               perubahan peradaban berawal dari pendidikan yang diberikan oleh
               seorang ibu sebagai pendidik pertama manusia dan sumber
               peradaban di lingkungan rumah maupun di lingkungan masyarakat.

                   Perenungan reflektif Kartini berawal dari tentang pentingnya
               keadilan dan persamaan hak dalam suatu kehidupan kebersamaan
               manusia dengan sesama, yang kemudian berkembang ke kehidupan
               rakyat Jawa yang telah berlangsung tanpa keadilan selama ratusan
               tahun, lalu meningkat ke sikap diskriminatif yang dilakukan oleh
               Pemerintah Hindia Belanda terhadap pegawai dan siswa didik
               Bumiputra. Misalnya, jumlah pegawai Bumiputera dikurangi demi
               penghematan, namun gajinya lebih rendah dari gaji pegawal Belanda;
               anak-anak rakyat Bumiputera (6-7 tahun) tidak diijinkan masuk



                                             10
                                             10
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47