Page 104 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 104
Variasi Bahasa 93
Wawancara dalam Sosiolinguistik
Berbeda dengan metodologi yang digunakan dalam studi
geografi dialek, yang sering melibatkan secara eksplisit meminta
pembicara untuk memberikan informasi linguistik, metodologi
dalam Sosiolinguistik diarahkan untuk memiliki peserta penelitian
(istilah yang disukai daripada 'informan' atau 'subyek' dalam
Sosiolinguistik saat ini) memberikan pidato di konteks. Pendekatan
ini membahas masalah penggunaan non-kategoris dan variasi
gaya. Artinya, pewawancara memanipulasi konteks untuk mencoba
agar orang yang diwawancarai lebih fokus pada bagaimana
mereka berbicara. Wawancara Sosiolinguistik tradisional
melibatkan wawancara santai, yang idealnya menyerupai
percakapan lebih dari sekadar sesi tanya-jawab formal. Selain
mencoba membuat orang yang diwawancarai merasa cukup
nyaman untuk berbicara dengan gaya bicara santai, Labov juga
mengenalkan pertanyaan 'bahaya kematian', di mana orang yang
diwawancarai diminta untuk membicarakan situasi di mana mereka
merasa berada dalam bahaya serius. Gagasan di balik ini adalah
bahwa orang yang diwawancarai akan terlibat secara emosional
dalam narasi dan melupakan bagaimana mereka berbicara dalam
keterlibatan mereka dengan apa yang mereka katakan.
Untuk mendapatkan gaya bicara yang lebih formal, peneliti
juga meminta peserta penelitian untuk melakukan berbagai tugas
membaca: bagian cerita, daftar kata, dan pasangan minimal.
Masing-masing tugas ini membutuhkan tingkat perhatian yang
meningkat terhadap ucapan. Teks-teks tersebut dirancang untuk
memuat kata-kata yang menggambarkan perbedaan penting dalam
dialek regional atau sosial yang dipelajari; Misalnya, jika diketahui
bahwa beberapa pembicara dalam kelompok regional atau sosial
dari pembicara ini mengucapkan 'ranjang' dan 'tertangkap' dengan
vokal yang sama, kata-kata ini, atau kata lain dengan vokal ini,
akan hadir dalam bahan bacaan, Dan disajikan sebagai pasangan
minimal dalam tugas akhir. Pembicara jelas-jelas paling mungkin
mengucapkan kata-kata ini secara berbeda jika mereka
membacanya sebagai pasangan. Metodologi ini mengasumsikan
bahwa jika pembicara akan menyesuaikan gaya berbicara mereka,
mereka akan menggunakan apa yang mereka anggap semakin
formal dan benar dalam pembicaraan tersebut.
Sementara banyaknya peneliti telah mengikuti pendekatan ini
terhadap kerja lapangan sosiolinguistik, Sosiolinguistik terus
memikirkan kembali dan mengembangkan metode pengumpulan
data. Misalnya, gagasan bahwa percakapan dalam sebuah
wawancara Sosiolinguistik dapat digambarkan sebagai 'alami' telah