Page 14 - MAJALAH UNS - EDISI 2 (JUNI 2021)
P. 14

14
        12    NYASTRA

                                               Dia D ang





                     Oleh: Ida Fitriyah                       Kadang dia berdecak kagum penuh
                                                              kegirangan
                                                              Terdengar juga napasnya yang berembus lega
                     “Terberkatilah puan-puan kekinian        Senyum mungil tersimpul tanpa kepalsuan
                     Segala wawasan dan pengetahuan           “Aih, pintarnya!”
                     terserap penuh di pikiran
                     Apa-apa yang digumulkan                  Dia kembali menyeruput teh
                     bisa disuarakan dengan lantang”          Kali ini cangkirnya berdenting
                                                              Memecah sunyi, membelah sepi
                     Perempuan berkebaya putih itu berhenti
                     berbicara                                Lelaki yang tidur di sofa sebelahnya
                     Dia kembali menyeruput tehnya            menggeliat
                     Gawai yang sedari tadi digenggam mulai   Perempuan itu panik dan meletakkan
                     diletakkan di meja                       gawainya
                     Pandangannya menerawang lampu redup di   Dia meninggalkan kursi tanpa suara
                     atas kepalanya                           Menyelinap di balik lukisan tua
                     “menyedihkan” ujarnya
                                                              Lelaki yang tidur di sofa terbangun
                     Ia kembali mengambil gawainya, meletakkan   Beberapa saat dia beranjak ke kursi sebelahnya
                     cangkirnya                               Meraih gawainya yang terasa panas
                     Membuka, menutup tab yang berjajar saling   Dia membuka gawai, mendapati banyak berita
                     berjejal                                 tentang perempuan
                     Bola matanya bergerak cepat membaca naik
                     turun tulisan yang berbaris rapat        Lelaki yang mulanya tidur di sofa menoleh ke
                                                              belakang
                     Sesekali dahi perempuan itu mengernyit   Terlihat lukisan tua seorang perempuan
                     Tangan kanannya mengepal                 berkebaya putih dan berjarik melenceng ke
                     Jarik lusuh yang dipakainya pun tak jarang jadi   kanan
                     sasaran                                  Dia berbisik lirih,
                     “Tak habis pikir aku!” ucapnya spontan   “Nyai Kartini datang barusan!”




                       Wangi Kap





                       Oleh: Ida Fitriyah
                       Untuk kesekian kali
                       Wangi kapur barus bercampur kembang
                       semerbak di setiap sudut rumah
                       Banyak isak yang tertahan di tenggorokan
                       Namun, kali ini tak ada air yang banjir di sudut-
                       sudut mata yang terjaga di pagi buta
                       Barangkali semua sudah ikhlas, pikirku
                       Rupanya titik-titik air itu hanya butuh waktu
                       untuk mengenang
                       Saat jasad kembali ke tanah, saat itu pula
                       tenggorokan semakin tercekat
                       Pandangan kabur bercampur air
                       Duh, Gusti
                       Kutitip Mbahku kali ini







        Majalah UNS
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19