Page 65 - E MODUL LEMBAGA KEUNGAN SYARIAH - NADYA MEYLANI HOTMAIDA SIBARANI - 1834021315
P. 65

Dalam  pakta  tanggal  27  oktober  1988  Status  hukum  Bank  Perkreditan  Rakyat

                    (BPR) pertama kali diakui , sebagai bagian dari Paket Kebijakan Keuangan, Moneter,
                    dan perbankan. BPR adalah perwujudan dari beberapa lembaga keuangan, seperti Bank

                    Desa,  Lumbung  Desa,  Bank  Pasar,  Bank  Pegawai  Lumbung  Pilih  Nagari  (LPN),
                    Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan

                    (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga perkreditan Kecamatan (LPK),
                    Bank  Karya  Desa  (BKPD)  dan  atau  lembaga  lain  yang  semacamnya.  Sejak

                    dikeluarkannya UU No. 7 tahun 1992 tentang Pokok Perbankan, keberadaan lembaga-

                    lembaga  keuangan  tersebut  status  hukumnya  diperjelas  melalui  ijin  dari  Menteri
                    Keuangan.

                         Dalam perkembangannya muncul  BPR  yang berprinsip  pada hukum  islam.  BPR

                    tersebut  di  beri  nama  Bank  Perkreditan  Rakyat  Syariah(BPRS).  BPR  Syariah  yang
                    pertama  kali  berdiri  adalah  adalah  PT.  BPR  Dana  Mardhatillah,  kec.  Margahayu,

                    Bandung,  PT.  BPR  Berkah  Amal  Sejahtera,  kec.  Padalarang,  Bandung  dan  PT.  BPR
                    Amanah Rabbaniyah, kec. Banjaran, Bandung. Pada tanggal 8 Oktober 1990, ketiga BPR

                    Syariah  tersebut  telah  mendapat  ijin  prinsip  dari  Menteri  Keuangan  RI  dan  mulai
                    beroperasi pada tanggal 19 Agustus 1991. Selain itu, latar belakang didirikannya BPR

                    Syariah adalah sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturasi perekonomian Indonesia

                    yang  dituangkan  dalam  berbagai  paket  kebijakan  keuangan,  moneter,  dan  perbankan
                    secara umum.Secara khusus mengisi peluang terhadap kebijakan bank dalam penetapan

                    tingkat suku bunga (rate of interest) yang selanjutnya secara luas dikenal sebagai sistem
                    perbankan bagi hasil atau sistem perbankan Islam dalam skala outlet retail banking (rural

                    bank).
                         UU No.10 Tahun 1998  yang merubah UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan

                    nampak  lebih  jelas  dan  tegas  mengenal  status  perbankan  syariah,  sebagaimana

                    disebutkan dalam pasal 13, Usaha Bank Perkreditan Rakyat. Pasal 13 huruf C berbunyi :
                    Menyediakan  pembiayaan  dan  penempatan  dana  berdasarkan  prinsip  syariah,  sesuai

                    dengan ketentuan yang ditetapkan oleh BI. Keberadaan BPRS secara khusus dijabarkan

                    dalam  bentuk  SK  Direksi  BI  No.  32/34/Kep/Dir,  tanggal  12  Mei  1999  tentang  Bank
                    Umum berdasarkan Prinsip  Syariah dan SK Direksi BI No. 32/36/Kep/Dir, tertanggal 12

                    Mei  1999  dan  Surat  Edaran  BI  No.  32/4/KPPB  tanggal  12  Mei  1999  tentang  Bamk
                    Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.
   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70