Page 174 - Buku Metodologi Kepelatihan Olahraga
P. 174
Setyo Budiwanto FIK Univ. Negeri Malang 167
tentang hal tersebut. Untuk cabang olahraga yang bersifat dinamis (hokey, bola basket,
track and field, berenang, tinju), seseorang yang memiliki cacat tubuh tentunya tidak
dipilih. Tetapi untuk cabang olahraga yang bersifat statis (menembak, panahan,
bowling), kriterianya bisa lebih longgar. Hal yang sama dilakukan pada kondisi
fisiologis calon, misalnya kemampuan menggerakkan lengan, kaki dan sebagainya
sangat berperan penting dalam mengidentifikasi bakat, karena perbedaan-perbedaan
fisiologis dapat membatasi gerak. Ditekankan bahwa kriteria yang menentukan pada
tiap calon olahragawan harus dikaitkan dengan kebutuhan dan spesifikasi fisiologis
dari cabang olahraga tersebut (Bompa: 1994).
Kriteria kedua adalah kualitas biometrik atau kapasitas antropometrik dari
seseorang merupakan hal yang penting pada beberapa cabang olahraga, maka dari itu
harus menjadi pertimbangan utama pada kriteria pengidentifikasian bakat. Tinggi dan
berat badan, atau panjang dari anggota badan, seringkali berperan penting dalam
cabang olahraga tertentu. Bagaimana pun juga pada tahap awal pengidentifikasian
bakat, yang pada cabang tertentu dilakukan pada usia 4-6 tahun seperti pada senam,
figure skating, berenang, agak sulit untuk meramalkan pertumbuhan dan
perkembangan dinamis seseorang. Sebab itulah pada tahap awal identifikasi bakat,
perkembangan fisik yang harmonis harus diperhatikan. Hal ini dapat dilakukan dengan
memeriksa persendian kaki, pinggul, dan lebar bahu serta rasio antara pinggul dan
lebar bahu. Pada usia yang lebih lanjut (belasan tahun), teknik hand plate atau
―piringan tangan‖ (piringan pertumbuhan dipergelangan tangan) dan hand radiography
(sinar X yang digunakan untuk mengetahui apakah pertumbuhan berlangsung
sempurna). Jika hasil tersebut menunjukkan pertumbuhan yang sempurna, pelatih yang
akan memutuskan apakah tinggi badan atlit tersebut optimal untuk cabang olahraga
tertentu (Bompa: 1994).
Kriteria ketiga adalah keturunan. Faktor keturunan merupakan fenomena
biologis yang komplek, yang seringkali memainkan peranan dalam latihan. Anak-anak
cenderung mewarisi karakteristik biologis dan psikologis orangtuanya, meskipun
dengan pendidikan, pelatihan dan pengondisian sosial hal-hal yang diwarisi tersebut
dapat sedikit berubah. Pandangan terhadap peranan keturunan pada pelatihan tidak
seragam dan tidak ada kesepakatan. Radut (1967) menganggap faktor keturunan
mempunyai peran yang penting namun tidak mutlak dalam latihan. Tetapi Klissouras