Page 63 - Buku Metodologi Kepelatihan Olahraga
P. 63

Setyo Budiwanto FIK Univ. Negeri Malang    57


                   disayangkan,  justru  sengaja  disarankan  dan  dilakukan  oleh  pelatihnya.    Mereka
                   melakukan  hal  itu  sebagai  akibat  dari  bimbingan  mental  yang  kurang  menanamkan

                   sikap ―fair play‖ atau ―sportman-ship‖ atau ―sikap olahragawan sejati‖.
                          Pelatih harus mampu menanamkan sikap dan perilaku bahwa lawan bertanding

                   adalah  kawan  bermain  dan  menjunjung  tinggi  rasa  persahabatan.  Dengan  adanya

                   kawan  bermain  tersebut  memungkinkan  dapat  dilaksanakan  permainan  dan
                   pertandingan  dapat  berlangsung,  dan  pertandingan  berfungsi  sebagai  alat  evaluasi

                   untuk  mengukur  kemampuan  dan  keterampilan  hasil  latihan  dalam  cabang  olahraga
                   yang ditekuni. (Kamtomo: 1977).



                   Percaya diri
                          Seorang atlet percaya bahwa ia mempunyai kemampuan untuk berhasil dalam

                   suatu  pertandingan.  Atlet  yang  mempunyai  rasa  percaya  diri  dan  berharap  berhasil
                   seringkali merasa sama dengan atlet yang sudah berhasil (Kent: 1994). Rasa percaya

                   diri dapat diartikan percaya pada kemampuan dan kekuatan diri sendiri untuk tampil

                   sebaik mungkin  dan berhasil  di arena pertandingan.  Rasa percaya diri sebagai salah
                   satu sikap yang harus ditanamkan kepada setiap atlet. Sikap atlet yang positif, berusaha

                   untuk menang dengan cara menampilkan fisik, teknik, dan taktik bermain yang sebaik
                   mungkin,  mampu  tampil  dengan  mantap  di  arena  pertandingan  dan  tidak  mudah

                   digoyahkan  oleh  situasi  dan  kondisi  yang  tidak  menguntungkan  sekalipun  bagi  diri
                   atlet atau regunya (Budiwanto: 2004).

                          Perlu dicermati tentang munculnya sikap sombong pada atlet. Sikap ini diawali

                   dengan merasa lebih baik, lebih kuat daripada lawan; selanjutnya muncul keyakinan
                   pada  diri  atlet  bahwa  ―saya  pasti  menang‖.  Sikap  ini  sangat  membahayakan

                   penampilannya  dalam  pertandingan,  sebab  atlet  sudah  terjangkiti  rasa  percaya  diri
                   yang berlebihan (over convidence). Sehingga, pada situasi pertandingan menyebabkan

                   konsentrasi atlet terhadap pertandingan dan kesungguhan bermain  menjadi menurun
                   atau  berkurang.  Akibatnya  adalah  merusak  penampilannya  dan    mempengaruhi

                   kekompakan regu, dan pada gilirannya memperoleh konskuensi mengalami kekalahan.

                   Jika sikap percaya diri yang berlebihan ini muncul pada masa latihan, maka atlet tidak
                   akan  mungkin  bersedia  mempersiapkan  diri  dengan  sebaik-baiknya  (Budiwanto:

                   2004).
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68