Page 67 - Buku Metodologi Kepelatihan Olahraga
P. 67
Setyo Budiwanto FIK Univ. Negeri Malang 61
petunjuk yang positif. (b) Teknik tingkah laku, pelatih memberikan contoh perilaku,
tindakan, sikap, dan tutur kata yang positif sehingga dapat diteladani atlet dalam
kehidupan sehari-hari. (c) Teknik insentif digunakan pelatih untuk menambah
semangat kepada atlet, berupa hadiah berbentuk pujian atau penguatan yang diberikan
pada saat yang tepat. (d) Teknik supervisi dilakukan dengan cara memberikan
kepercayaan yang secara logis dapat memperoleh keuntungan dalam latihan. Tujuan
suatu pertandingan atau perlombaan olahraga adalah menang atau berprestasi.
Motivasi untuk bermain sebaik mungkin dan berusaha untuk menang atau berprestasi
adalah suatu yang mutlak menjadi tuntutan setiap atlet pada saat bertanding.
Semangat dan Daya Juang
Dalam suatu pertandingan, daya juang yang tinggi, tidak kenal menyerah demi
memperoleh kemenangan (fighting spirit) adalah ciri atlet yang mempunyai motivasi
optimum. Salah satu ciri atlet bermental tinggi adalah mempunyai semangat atau daya
juang yang tinggi dan pantang menyerah, selalu siaga menghadapi berbagai situasi dan
kondisi pertandingan, mempunyai kemauan yang keras untuk memenangkan
pertandingan atau perlombaan secara sportif. Selain itu atlet mampu mengendalikan
emosi dan tabah menghadapi segala tekanan fisik maupun mental dalam situasi
pertandingan atau perlombaan yang berasal dari lawan, penonton, maupun lingkungan
pertandingan lainnya (Budiwanto: 2004).
Daya pikir, intelegensi dan kreatifitas.
Dalam situasi dan kondisi pertandingan atau perlombaan banyak persitiwa dan
masalah rumit yang harus dihadapi, masalah yang muncul sangat bervariasi, selalu
berubah-ubah dan terjadi secara cepat, mendadak, dan sulit diduga. Sehubungan
dengan itu, atlet harus mampu menganalisis untuk memecahkan masalah dan dengan
cepat, tepat, dan cermat mengambil keputusan dan segera melakukan tindakan
menghadapi masalah tersebut. Keterlambatan mengambil keputusan dan melakukan
tindakan akan berakibat fatal yaitu kekalahan. Dengan demikian, dalam proses tersebut
seorang atlet harus memiliki kemampuan daya fikir, intelegensi dan kreatifitas
(Budiwanto: 2004).