Page 94 - EBOOK_UMKM dan Globalisasi Ekonomi
P. 94
94
UMKM dan Globalisasi Ekonomi
Bung Hatta secara substansial dapat dinilai sejalan atau paralel dengan konsep
Islam terutama dilihat dari sisi falsafah, tujuan nilai-nilai dasar dan nilai
instrumentalnya. Oleh karena itu pemikiran ekonomi Bung Hatta bisa dilihat
sebagai salah satu bagian dalam pemikiran ekonomi Islam.
Tetapi hari ini semangat dari tokoh-tokoh dan pemimpin-pemimpin
ekonomi kita di masa lalu begitu yang memihak kepetingan ekonomi rakyat
dan berpikir atau bekerja keras mengangkat derajat orang kecil yang miskin
mulai dilupakan. Para ekonom masa kini begitu percaya dan menggantungkan
diri pada konsep pertumbuhan ekonomi (economic growth) dan begitu
mengagung-agungkan persaingan bebas yang dianggap hasilnya pasti akan
“menetes ke bawah” (tricle down effect). Prinsip demokrasi ekonomi dan asas
kekeluargaan, misalnya, yang dirumuskan Hatta dan Sukarno sekarang
dianggap tidak relevan lagi dengan prinsip-prinsip globalisasi ekonomi .
24
Pihak-pihak yang menentang datang dari kalangan yang merasa dirugikan
oleh ekonomi kerakyatan, yaitu para pengusaha atau pemiliki modal (kapitalis)
yang menjadi pelaku ekonomi neoliberal. Kalangan ini menganggap bahwa
ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi adalah sistem ekonomi sosialis.
Sedang mereka yang menentang biasanya datang dari kalangan akademisi,
ilmuwan atau ekonom yang larut dalam mainstream ekonomi neoliberal atau
kapitalisme global.
Mereka berargumen bahwa ekonomi kerakyatan hanya jargon politik
belaka, karena tidak ada dalam teori-teori (teksbook) yang mereka pelajari.
Mereka juga meragukan, meskipun menaruh simpatik terhadap gagasan
ekonomi kerakyatan, tapi mereka menilai tidak realistis di tengah kuatnya
arus kapitalisme global. Menurut kalangan yang pro kapitalis menganggap
bahwa kesejahteraan rakyat akan tercipta dengan paradigma economic growth
(ekonomi pertumbuhan) yang akan memberikan dampak Tricle Down Effect.
Hasil pembangunan itu bisa mengucur dari atas ke bawah - ke rakyat, dari
pusat ke daerah, 25
Namun sampai hari ini hal ini tidak terbukti. Kue pembangunan tersebut
hanya dinikmati oleh kalangan tertentu saja. Padahal untuk membiayai
terciptanya ‘kue pembangunan’ ini telah dikeruk habis-habis kekayaan rakyat
seperti minyak, gas, hutan, emas dan lain sebagainya.