Page 10 - EBOOK_Falsafah Kepemimpinan Jawa
P. 10

jauh dapat dikatakan bahwa kehidupan bermasyarakat pada dasarnya selalu dipenuhi
               oleh  interaksi  antara  orientasi  dan  nilai-nilai.  Interaksi  tersebut  memungkinkan
               timbulnya kontak langsung antara budaya suatu kelompok, yang mungkin lebih tepat
               disebut  dengan  "sub-budaya  politik", dengan budaya  kelompok lainnya.  Interaksi  itu
               pada dasarnya  merupakan  suatu proses pembentukan  atau  pengembangan  budaya
               politik bangsa. Proses ini yang dikenal sebagai "sosialisasi politik", yaitu suatu proses
               di mana anggota masyarakat mengalami, menyerap, dan menghayati nilai-nilai politik
               yang ada di sekitarnya.
                     Berdasarkan  kerangka  berpikir  tersebut,  akan  dibahas  konsep  kekuasaan  dari
               sudut pandang budaya Jawa. Kekuasaan digunakan sebagai alat analisis didasarkan
               pada kenyataan bahwa dalam ilmu politik kekuasaan dan gejala-gejala yang berkaitan
               dengannya sangat penting, karena kekuasaan menunjuk pada kegiatan, tingkah laku
               serta sikap dan keputusan-keputusan pelaku, kelompok, organisasi atau kolektivitas,'
               yang dalam masyarakat berkembang seperti Indonesia, manifestasinya lebih nampak
               pada  kegiatan-kegiatan  pengambilan  keputusan  untuk  menentukan  kebijaksanaan
               dalam pembangunan. Budaya Jawa juga digunakan sebagai alat analisis didasarkan
               pada  pert  imbangan  adanya  asumsi  bahwa  saat  ini  sistem  politik  Indonesia  hampir
               sepenuhnya dipengaruhi oleh sistem politik dan kekuasaan tradisional Jawa. Apalagi
               diperkuat  adanya  fakta  bahwa  sebagian  besar  pusat  pemerintahan  di  Indonesia
               berada di pulau Jawa. Karena itu selalu terdapat kecenderungan bagi suku-suku non
               Jawa  untuk  selalu  mengadaptasikan  diri  dengan  nilai-nilai  Jawa  sebagai  basis
               persepsi politik mereka. Ini didukung oleh kenyataan bahwa jumlah masyarakat Jawa
               yang cenderung mendominasi kehidupan politik dan roda pemerintahan baik di pusat
               maupun di daerah.
                     Politik terkait dengan budaya dan identitas (Barker, 2005:169). Pimpinan politik
               akan  membawa  identitas  masing-masing.  Ketika  identitas  itu  tidak  dapat  dikelola
               secara baik akan muncul egosime. Semua gejala tersebut dapat dilihat bahwa sedikit
               banyak proses kultural politik dalam sistem politik Indonesia saat ini telah terbentuk
               oleh sebuah sistem politik dan kekuasaan tradisional Jawa. Misalnya dalam konteks
               pelaksanaan  pembangunan  sekarang  ini  yang  selalu  berorientasi  ke  pusat  dengan
               budaya  "mohon  petunjuk"  sebelum  suatu  program  dilaksanakan  telah  membuktikan
               bahwa  sistem  politik  dan  kekuasaan  tradisional  Jawa  telah  merasuki  siste:m  politik
               Pemerintahan Orde Baru.
                     Setiawan  (1998:58)  menguraikan  beberapa  gagasan  tentang  kekuasaan  dari
               konsep barat. Dia mengutip beberapa pendapat, sayangnya tidak dilengkapi dengan
               data  halaman  yang  jelas.  Namun  konsep-konsep  mereka  tetap  dapat  kita  gunakan.
               Untuk lebih mempertajam analisis, terdapat berbagai pandangan tentang kekuasaan
               dari berbagai ilmuwan secara umum serta konsep-konsep lainnya yang ada kaitannya
               dengan  kekuasaan  seperti:  "wewenang"  maupun  "legitimasi"  yang  mempunyai
               pera.nan  penting  dalam  suatu  sistem  politik.  Secara  umum  ada  banyak  pandangan
               mengenai  kekuasaan.  Strausz-Hupe,  misalnya,  merumuskan  kekuasaan  sebagai
               wkemampuan  untuk  memaksakan  kemauan  pada  orang  lain.  Wright  Mills'
               merumuskan kekuasaan adalah "dominasi" yang artinya kemampuan untuk melaksa-
               nakan  kemauan  kendatipun  orang  lain  menentangnya".  Demikian  pula,  Harold  D.
               Lasswell mengan-gap bahwa kekuasaan itu tidak lain tidak bukan adalah penggunaan
               paksaan yang kuat.
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15