Page 148 - Toponim sulawesi.indd
P. 148
134 Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi
Dijelaskan lebih jauh, bahwa Kima = keong besar, dan Kema yang dia maksud
adalah suatu lokasi yang disebut oleh Spanyol dengan Quema (Molsbergen,
1928: 41) yang berarti “nyalah” “menyalahkan”, hal ini kaitannya dengan
kebakaran-kebakaran yang dilakukan oleh Spanyol. Sebaliknya, ada yang
mengatakan bahwa dari laut seperti ada nyala-nyala api.
Kata “Kema” dan “Kima” dalam banyak literatur, termasuk catatan
Molsbergen (1928) sering masih diberikan tanda tanya, bahkan tanda
kurung [..] ketika menulis Kema atau Kima (Molsbergen, 1828: 20). Di
daerah ini, Kema sering disebut Kima, tetapi tidak sebaliknya. Kima juga
19
selain menunjuk pada lokasi Kema sebagai tujuan dalam tulisan ini, oleh
penduduk Kema ada hikayat kaitannya dengan penamaan Kema dari kata
Kima = bia, tiram, keong, yang hidup di batu-batu karang.
Hikajatnya (yang empunya cerita) sebagai berkut:
“...pada suatu ketika, beberapa orang yang sedang mendayung di pantai,
tiba-tiba kayu dayungnya seperti tersangkut sesuatu dan tidak bisa lagi
digerakkan. Setelah diselidiki, ternyata kayu dayung tidak tersangkut
merupakan kekeliruan pejabat-pejabat Spanyol dan Kompeni. Semuanya didasarkan
pada praduga yang keliru. Jacobus Montanus sendiri apriori jika di Manado ada Raja
dan Kerajaan. Ia menjelaskan bahwa sepanjang pengetahuannya tidak ada bukti kuat
bahwa di Manado ada jabatan Raja, yang mana di Minahasa tidak mengenal sistem
kerajaan, dan tidak seorangpun dihormati sebagai Raja. Lihat, H.B Palar dan L.A.
Anes, 1994. Minahasa: Sejarah dan Derap Langkahnya Menuju Kemerdekaan
Indonesia. Manado: PT Tarcius Celebes. hlm.132.
19 Kima juga adalah satu nama desa/kelurahan suku Bajo yang ada di pesisir pantai
Kecamatan Wori sebelumnya masuk wilayah kota Manado sampai tahun 2002, sesudahnya
terjadi pemekaran pembentukan Kabupaten Minahasa Utara. Lihat, Ivan R.B Kaunang,
dkk. 2005. Sejarah Kabupaten Minahasa Utara: Suatu Perjalanan Panjang Yang Tidak
Mengenal Lelah. Sulut: Pustaka Gender, BKOW. Eksistensi Kampung Bajo di pesisir ini
mulai terbentuk pemerintahan yang pertama tahun 1930-an. Kata Kima sendiri berasal dari
“bia kima, sejenis tiram, keong besar” yang banyak terdapat di pantai Kima Bajo. Suku Bajo
tersebar dan terkonsentrasi populasinya, selain di Kima Bajo, juga di Talawaan Bajo dan di
Pulau Nain Kabupaten Minahasa Utara. Lihat Ivan R.B Kaunang, dkk., 2012. Menemukenali
Kearifan Lokal dalam Kaitannya dengan Watak dan Karakter Bangsa di Minahasa Utara.
Manado: Kepel Press. Khusus mengenai Kima Bajo, hlm. 85-200.