Page 150 - Toponim sulawesi.indd
P. 150
136 Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi
3.3.2 Tinjauan Monografi Kema
Kema menurut tradisi lisan setempat adalah suatu lokasi yang jauh
bagian dari wilayah walak Kauditan. Daerah ini mulai dibuka sebagai suatu
pemukiman sejak tahun 1500-an di beberapa titik pesisir pantai. Diceritakan
bahwa Kelong adalah lokasi awal sebagai tempat pemukiman tua di Kema.
Di lokasi itu banyak tumbuh pohon pepaya sehingga penduduk setempat
menyebutnya “kepaya”. Pada suatu waktu, ketika penduduk berperahu
sambil mendayung di pantai Kema, maka salah satu dayung seperti terjepit
di antara bebatuan karang, ternyata setelah diselidiki, dayung tersebut
dijepit oleh sebuah kerang-kerangan besar yang oleh penduduk setempat
menyebutnya bia kima, sejak adanya peristiwa ini maka nama lokasi yang
tadinya disebut “kepaya” mulai berubah menjadi “kima” bahkan dalam
penyebutan disebut “kwima”.
Kema sekarang ini merupakan salah satu kecamatan yang berada
dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Minahasa Utara Propinsi Sulawesi
Utara. Kecamatan Kema merupakan kecamatan hasil pemekaran dari
kecamatan Kauditan. Kecamatan Kema terletak dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan
Bitung Timur Kota Bitung; Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan
Kombi Kabupaten Minahasa; Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Kauditan; Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Kema.
Sebagai Ibukota Kecamatan, Kema sekarang ini menjadi Kota
Pelabuhan Ikan di belahan Minahasa Timur, yang memasok ikan untuk
kawasan kecamatan-kecamatan yang ada di pesisir pantai timur Minahasa,
seperti pantai Kema dan sekitarnya, Kombi dan Lembean Timur. Di samping
itu, Kema sebagai salah satu daerah wisata dengan objek wisata pantai
Firdaus, Batu Nona, Pantai Pasir Putih Lilang, rumah-rumah khas berciri
arsitektur kolonial, Makam keramat di tanjung keramat, kuburan pendeta
zending Lamert Lamers, sarkofagus waruga tonaas Xaverius Dotulong, dan