Page 246 - Toponim sulawesi.indd
P. 246
232 Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi
Selain Buton, wilayah ini dikenal dengan sebutan lokal seperti Wolio
(Tanah Wolio = negeri Wolio). Identitas Wolio berasal dari kata Welia yang
berarti menebas. Wolio identik dengan pembukaan pemukiman baru. Jadi
antara Buton dan Wolio pada periode awal merujuk pada nama tempat
(Buton) dalam arti luas, sedangkan Welia merujuk pada pemukiman awal
yang menjadi cikal bakal pemukiman yang menjadi pusat kota Buton.
Dalam perkembangannya, kota Buton mengalami dua fungsi sebagai pusat
kerajaan dan pusat niaga. Sebagai pusat kerajaan, kota Buton berpusat di
keraton Buton yang berada satu kompleks dengan Benteng Buton. Sebagai
pusat niaga atau perdagangan, pusat kota berada di Baubau, yang pada
perkembangannya menjadi pusat kota yang dikembangkan oleh Pemerintah
Kolonial Belanda.
Nama Buton atau Butun juga ditemukan dalam Kitab Negarakertagama
pupuh XIV bait ke-5 yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Dalam kitab itu Butun
dikenal sebagai salah satu kerajaan yang termasuk dalam pengawasan
kerajaan Majapahit. Hanya saja, bila dikaji lebih jauh, wilayah lain yang
disebut Macassar, Luwu, Selayar, Bangkala, dan Banggai seharusnya
dapat dilihat sebagai terjadinya relasi antara Majapahit dan kerajaan-
kerajaan yang disebut itu. Para pembesar Majapahit telah melakukan
hubungan dagang dan keagamaan dengan daerah-daerah yang disebut,
termasuk Buton karena tradisi yang ditemukan di daerah2 tersebut juga
menganut ciri2 ajaran Hindu. Ciri2 itu dapat dilihat pada upacara siklus
hidup dan adanya kepercayaan pada daerah-daerah yang bertopografi
tinggi. Penggunaan dupa juga menjadi ciri dalam tradisi Hindu yang masih
dipercaya masyarakat di Buton.
Wilayah Buton adalah pulau Buton dan beberapa pulau yang ada di
sekitarnya, antara lain pulau Muna, Kabaena, Wawonii, gugusan kepulauan
Tukang Besi (Wanci, Kaledupa, Tomea, dan Binongko) dan pulau-pulau lainnya
di sekitar pulau Buton, yakni Siompu, Kadatuang, Mangkassar, dan Talaga.