Page 253 - Toponim sulawesi.indd
P. 253
Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi 239
5.1.3 Perubahan Pusat dan Nama Kota: dari Kota Buton
ke Kota Bau-Bau
Berubahnya pusat dan nama kota dapat disebabkan oleh banyak hal, di
antaranya karena faktor politik, ekonomi, migrasi, bencana alam, dan geografis
kota yang tidak mampu lagi menampung aktivitas dan penduduknya. Kota Buton
mengalami perubahan pusat dan nama kota karena faktor ekonomi, politik,
migrasi, dan masyarakatnya serta kondisi topografi yang tidak memungkinkan
kota bertahan pada identitas awalnya. Selain itu orientasi masyarakat Buton
dan kebutuhan para pendatang yang mengingingkan lokasi kota yang mudah
dijangkau, efektif, dan memudahkan mobilitas penduduk, barang dan jasa,
serta menunjang aktivitas ekonomi dan politik.
Salah satu hal yang ikut merubah dan mempengaruhi perkembangan
kota adalah aktivitas ekonomi dan politik. Dari sisi ekonomi, pusat kota
bisa berubah karena adanya kebijakan penguasa yang mendukung aktivitas
ekonomi yang efektif. Pada periode itu, aktivitas ekonomi lebih mudah
dilakukan di sekitar pantai, dengan pelabuhan sebagai salah satu medianya.
Komoditas lebih mudah dipasarkan dan dialirkan melalui jaringan laut. Di
bawah ini dikemukakan beberapa sumber ekonomi yang ikut mempengaruhi
aktivitas perdagangan. Karena kepentingan ekonomilah VOC Belanda dan
pemerintah kolonial Belanda tetap mempertahan kerjasama abadi yang
ditandatangani sejak abad ke-17 (1613) dan terus diperbaharui. Dalam
konteks yang sama, untuk mendukung kepnetingan tersebut, pemerintah
kolonial mengembangkan kota Baubau sebagai kota kolonial yang memiliki
fasilita modern.
Sumber-sumber ekonomi Buton dapat diketahui dari laporan
perdagangan dan beberapa aktivitas ekonomi pemerintah, termasuk
kebijakan pemungutan pajak dan bea masuk ke pelabuhan di Buton. Selain
itu, sumber ekonomi penting masyarakat di wilayah itu adalah sebagai
petani, nelayan, pedagang, dan pelayar.