Page 267 - Toponim sulawesi.indd
P. 267

Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi  253

                 jalan  dan landasan  pesawat di  Buton.  Selain  itu, orang-orang Jepang
                                                      26
                 juga menggiatkan penanaman padi dan lumbung desa untuk kepentingan
                 logistik Jepang.
                               27
                       Pengaruh yang terlihat pada perkembangan kota Buton adalah adanya

                 Bandara dan perbaikan jalan yang rusak  ketika daerah ini masih dikuasai
                 oleh pemerintah hindia Belanda. Selain itu perubahan nama kampung dan

                 propaganda  yang membesar-besarkan  kekuatan dan  kekuasaan Jepang
                 serta usaha  menghilangkan pengaruh  Belanda  dalam  kehidupan  sosial
                 masyarakat Buton.


                       Wanita kota Bau-Bau pada masa Jepang menurut Hasinuda tidak risau
                 dengan kehadiran tentara Jepang pada saat itu. Kaum laki-laki yang telah
                 menikah tidak takut kehilangan istrinya. Demikian pula dengan wanita yang

                 belum menikah tidak  takut dengan kehadiran  tentara Jepang.  Hasinuda
                 menceritakan bahwa kaum wanita Buton melumuri tubuhnya dengan bedak

                 kunyit yang bau, sehingga ketika dilihat oleh tentara Jepang akan jijik. Kunyit
                 itu bau dan wanita bau tidak disukai oleh tentara Jepang.  Setiap hari sampai
                                                                    28
                 malam para wanita itu secara rutin melumuri tubuhnya dengan kunyit.

                 Wanita itu mandi menjelang malam sehingga tidak terlihat oleh tentara
                 Jepang. Selain itu, di siang hari mereka jarang sekali keluar dari rumah. Jika

                 sangat terpaksa, mereka kembali menggunakan kunyit agar badannya bau
                 dan tidak disukai tentara Jepang.

                       Penuturan Hasinuda itu bisa dikatakan sebagai resistensi wanita Bau-

                 Bau terhadap sikap Jepang pada wanita. Wanita dari Kendari, khususnya
                 suku Tolaki  yang disukai  Jepang karena  tidak terjadi  resistensi yang
                 menonjol.  Hal  itu  sama dengan  yang dilakukan  oleh tentara Jepang di


                 26  Bandara  yang  dimaksud  di Buton yang  dibangun  pada  masa  pendudukan  Jepang  adalah
                    Bandara Bau-Bau sekarang. Wawancara dengan La Ode Rihamadi, di Bau-Bau tanggal 19
                    Oktober 2004.
                 27  Bhurhanuddin, op. cit., hal. 114.
                 28  Wawancara dengan Hasinuda tanggal 25 Juni 2005 di Baadia, Buton.
   262   263   264   265   266   267   268   269   270   271   272