Page 273 - Toponim sulawesi.indd
P. 273
Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi 259
Perluasan pemukiman di kota Bau-Bau menyebar dan memanjang
sepanjang pantai Bau-Bau hingga menyatu dengan kampung-kampung
sekitarnya. Pasar dan kantor syahbandar, dan fasilitas pergudangan
didirikan dekat dengan pelabuhan.
Pada masa Jepang, kota Bau-Bau hanya mengalami perubahan nama
mulai dari Onder Afdeling sampai nama distrik yang digantikan sesuai
dengan bahasa Jepang. Fungsi dan peran pemerintahan tidak mengalami
perubahan berarti kecuali masyarakat kota Bau-Bau merespons ajakan
pemerintah Jepang untuk membantu Jepang dalam bentuk logistik dan
tenaga. Infrastruktur kota pada masa Jepang tidak banyak mengalami
perubahan, kecuali hanya melakukan perbaikan dan pembangunan jalan
yang sudah rusak. Selain itu, bandara kendari dijadikan sebagai bandara
militer Jepang dan landasannya diperluas. Pembangunan landasan dan
perbaikan bandara Bau-Bau juga dilakukan Jepang. Reaksi masyarakat
kota bau-Bau ketika Jepang datang adalah melihat pesawat ampibi yang
melakukan pendaratan di pantai Bau-Bau. Jalan diperbaiki hanya untuk
menperlancar arus mobilitas tentara Jepang dan kempentingan ekonomi
serta logistik perang.
Masa kemerdekaan dan sesudahnya, kota Bau-Bau masih berkembang
dinamis dan sektor ekonomi masih terus berkembang. Hanya saja diselingi
juga oleh pergolakan politik seperti pemberontakan DI/TII, kedatangan
tentara NICA, Pemilu 1955, dan perebutan posisi ibukota propinsi Sulawesi
Tenggara. Sampai tahun 1959 kota Bau-Bau masih tetap menjadi pusat
administrasi dan ibukota dari swapraja Buton dan Kabupaten Sulawesi
Tenggara. Bau-Bau tidak menjadi ibukota propinsi karena kekalahan
dalam pemilihan penentuan ibukota propinsi serta adanya semangat anti
pemerintahan swapraja yang masih membolehkan kekuasaan tradisional.