Page 278 - Toponim sulawesi.indd
P. 278
264 Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi
Kendari dalam rangka mencari komoditas dagang, maka saat itulah Kendari
menjadi Kota. Vosmaer yang menulis tentang teluk Kendari sebenarnya
hanya mempopulerkan sesuatu yang sudah terbentuk lama. Pengetahuan
geostrategis dan posisi teluk Kendari yang aman dan nyaman untuk tinggal
dan berlabuh kapal/perahu dari berbagai gangguan menjadi pertimbangan
utama pemerintah kolonial Belanda mengembang Kota Kendari sebagai
kota militer dan perdagangan. Situs kota lama Kendari dengan jelas
42
menggambarkan realitas bahwa Kendari berkembang karena perdagangan.
Pada saat yang sama, infrastruktur keamanan dikembangkan sehingga
Kendari mampu berkembang sebagai kota yang memenuhi kebutuhan
warganya.
5.2.2 Penduduk dan Masyarakat Kota Kendari
Pada abad XVI ketika Portugis singgah di teluk Kendari, mereka
telah menemukan penduduk lokal. Laporan yang panjang lebar mengenai
penduduk lokal dan pemukimannya di teluk Kendari diperoleh dari
catatan J.N. Vosmaer. Vosmaer menemukan orang-orang lokal, Bajo,
43
dan Bugis bermukim di teluk Kendari. Hal ini berarti penduduk lokal sudah
menempati teluk ini sebelum orang-orang asing datang di teluk Kendari.
Pada perkembangan kemudian, Trefers mencatat bahwa penduduk Kendari
terdiri dari orang Tolaki, Bate, Kapuntori, Wawonii, Bugis, Makassar, Bajo,
Muna, dan Buton. Orang-orang tersebut memiliki kampung yang tersebar
di kota Kendari. Orang-orang Bugis dan Makassar datang dan bermukim
44
di teluk Kendari disebabkan oleh faktor politik di daerah asalnya. Perang
Gowa dan VOC yang melibatkanhampir seluruh kerajaan di Sulawesi telah
membawa dampak pada teluk Kendari, yakni sebagai ruang perlindungan.
42 Ibid.
43 Vosmaer, “Korte Beschrijving van Het Zuid-Oostelijk-Schiereiland van Celebes.”
44 F. Trefers, “Het Landschap Laiwoei in Z.O Celebes en Zijn Bevolking” dalam TNAG, tweede serie,
deel XXXI, 1941, hlm. 196.