Page 334 - Toponim sulawesi.indd
P. 334
320 Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi
6.1.5 Perdagangan Barang dan Komoditas
Harga barang komoditas dapat terjadi fluktuasi jika perubahan jalur
atau tidak adanya kapal yang mengangkut (berlayar). Pemerintah telah
mengusahakan satu-dua kapal perintis sehingga dapat menekan dan bahkan
memberikan harga yang sama untuk barang komoditas dengan pelabuhan
di kota Gorontalo. Jarak tempuh yang jauh dengan ibukota provinsi tempat
kedudukan pelabuhan induk Gorontalo dapat membuat harga-harga bahan
bangunan, seperti semen, besi, papan, dan sejenisnya menjadi mahal, namun
dengan adanya kapal perintis maka relatif dapat diatasi. Kondisi kekinian
dalam jalur pelayaran dan perdagangan komoditas sering terganggu jika
kapal perintis tidak melakukan pelayaran oleh karena kerusakan kapal dan
harus diperbaiki beberapa Minggu lamanya, sehingga para pengusaha lokal
berinisiatif menyewa kapal swasta untuk pengangkutan dan pengiriman, hal
ini menyebabkan kesulitan bagi masyarakat karena nantinya berpengaruh
terhadap harga barang dan komoditas.
Hasil pertanian-perkebunan yang banyak diusahakan penduduk
Tilamuta, seperti padi, jagung, kacang kedelai, kacang tanah, palawija,
kelapa (kopra), kakao, umbi-umbian, seperti ubi jalar, ubi kayu, sayur-
sayuran dan buah-buahan.
Untuk produksi ekspor komoditas, distribusi antarpulau dari
pelabuhan Tilamuta terbesar adalah ternak sapi, kuda, kemudian kambing,
selebihnya unggas (bebek dan ayam). Selanjutnya, melalui perikanan laut,
Tempat Penampungan Ikan (TPI) juga mendistribusi ikan hasil tangkapan
nelayan. Hasil tangkapan nelayan sebagian ada yang diteruskan ke
pelabuhan Bitung-Manado atau melalui pelabuhan Gorontalo untuk
di ekspor (diteruskan) ke negara-negara tetangga. Hal yang menarik
adalah kegiatan ekspor langsung yag dilakukan dari pelabuhan Tilamuta
adalah Bungkil dan Minyak kelapa; Bungkil ke India dan minyak kelapa ke
pelabuhan Bitung. Untuk minyak kelapa, baik untuk digunakan diwilayah