Page 373 - Toponim sulawesi.indd
P. 373
Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi 359
pengertian terdahulu, sebab menurut orang-orang Mandar, air atau sungai
itu sangat kuat (manda’). Sungai pada zaman dulu adalah satu-satu jalan
raya dapat dilalui transportasi dengan memakai rakit yang di buat dari kayu,
bambu, batang pisang dan lain-lain. Diikiat jadi satu kesatuan. Rakit tersebut
selain mengangkut manusia juga digunakan untuk mengangkut barang-
barang, Betapapun derasnya (kuatnya) air itu, namun mampu diarungi
untuk membawa manusia dan barang-barangnya mondar-mandir dari
muara ke hulu. Kemudian mereka memanifestasikan jiwa orang Mandar
lemah lembut, namun dibalik kelembutannya terselubung kekuatan
(power) yang sulit diukur.
Sementara itu toponimi kata Balanipa terdiri dari dua kata, yaitu:
“bala” dan “nipa.” Perkataan “Bala” sama dengan “kandang” dan perkataan
“nipa” sama dengan “semacam pohon enau yang tumbuh di rawa-rawa.”
Bala (kandang) nipa (sebuah arena yang sekelilingnya terbuat dari daun
nipa) berfungsi sebagai tempat menyabung manusia yang berselisih. Yang
bersangkutan dimasukkan ke dalamnya (laki-laki). Siapa terluka dahulu atau
mati itulah yang dinyatakan bersalah. Demikianlah pelaksanan hukuman
duel di daerah Balanipa Mandar. Kalau perempuan yang berselisih maka
penyelesaiannya disiapkan kuali besar yang berisi air/minyak mendidih,
kemudian yang bersangkutan diperintahkan mencelupkan tangannya
kedalam kuali tersebut. Barang siapa yang takut mencelupkan tangannya
berarti dia yang dikalah atau dianggap bersalah. Pelaksanaan hukum
tersebut sebelum I Manyambungi menjadi Raja di Balanipa.
Setelah “Appe Banua Kaiyang” (empat negeri besar) yaitu masing-
masing: Kerajaan Napo, Samasundu, Mosso, dan Kerajaan Todang-todang
digabungkan menjadi satu persatuan adat oleh I Manyambungi diberikan
nama sesuai dengan tempat memutuskan perkara itu ialah Balanipa.
Balanipa dari waktu ke waktu mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Pertumbuhan penduduk dari waktu ke waktu makin berkembang