Page 58 - Sastra Anak Sandi Budiana, M.Pd
P. 58

Cita - Citaku



               Setiap ada orang bertanya mengenai cita-citaku. Jawaban yang
         sama dan pasti selalu kuberikan. Pilot, itulah cita-citaku. Semua guru
         dan  teman  di  sekolahku  tahu  cita-citaku  itu.  Semua  orang  yang  ada
         di  sekitar  tempat  tinggalku  juga  tahu  jika  aku  calon  seorang  pilot
         yang  gagah.  Beberapa  di  antara  tetangga  menyebutku  si  Pilot.  Aku
         tentu  saja  sangat  bangga  dengan  panggilan  si  Pilot  itu.  Tidak  aku
         hiraukan  sekalipun  aku  mendengar  jika  panggilan  yang  ditujukan
         kepadaku itu bermaksud ejekan.















               Aku akan berlari ke luar saat terdengar suara pesawat melintas
         di  atas  tempat  tinggalku.  Sekali  pun  tidak  pernah  kukedipkan  kedua
         kelopak  mata  ini  sampai  pesawat  itu  hilang  dari  pandangan.
         Sekalipun jarang, dibandingkan dengan pesawat helikopter, pesawat
         tempurlah yang paling aku sukai. Suara dan kecepatannya yang luar
         biasa  hebat  membuat  aku  semakin  yakin  dengan  cita-citaku  untuk
         menjadi  seorang  pilot.  Tidak  pernah  ada  cita-cita  yang  lain  terlintas
         dalam pikiranku.
                Suatu hari di akhir bulan puasa, aku diminta ibuku untuk mencari
         janur, daun muda dari pohon kelapa. Sama dengan budaya hampir di
         seluruh  nusantara,  ketupat  merupakan  makanan  khas  yang  wajib
         ada  saat  lebaran  tiba.  Untuk  membuat  ketupat  itulah  aku  diminta
         ibuku  mencari  janur.    “Bilang  dulu  ke  pemilik  pohon  kelapanya”
         teriak ibu ketika aku akan berangkat mencari daun yang di hari-hari
         menjelang lebaran menjadi mahal dan langka.

                                                                     54
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63