Page 63 - Sastra Anak Sandi Budiana, M.Pd
P. 63
“Budi, Bud, bud!” suara Pak Putu memanggil dari arah bawah. Pak
Putu terlihat kebingungan, “Bud, kamu di mana?” serunya lagi.
Mendengar suara Pak Putu Budi merasa senang tetapi juga malu.
Dengan suara yang agak ditahan Budi menjawab, “Aku di sini. Aku
gak bisa turun, Pak. Takut jatuh.”
Pak Putu menyadari jika Budi terjebak di atas pohon. Budi bisa
naik tetapi tidak bisa turun. Keperdulian Pak Putu pada ketakutan
Budi begitu tinggi. Pak Putu mencoba menenangkan perasaan Budi.
Berkali-kali sambil berteriak dari bawah, Pak Putu mencoba
menenangkan Budi.
Berkali-kali sambil berteriak dari bawah, Pak Putu mencoba
membimbing Budi supaya bisa turun. Namun upayanya sia-sia, Budi
tetap tidak bisa turun. Budi tetap berada di atas pohon dengan
ketakutan yang luar biasa.
Akhirnya Pak Putu mencari bantuan para tetangga. Tidak lupa
juga Pak Putu memberi tahu ibu Budi. Berduyun-duyunlah orang
menuju rumah Pak Putu. Di bawah pohon kelapa, Ibu Budi dan
beberapa orang berteriak agar Budi tetap tenang. Mereka pun
meyakinkan Budi bisa turun dengan selamat dari pohon kelapa.
Dua orang dewasa langsung memanjat pohon kelapa itu secara
berurutan. Dengan menggunakan peralatan seadanya, satu orang
yang pertama memanjat membawa seutas tambang dengan panjang
kira-kira lima belas meter. Satu orang lainnya membawa sejenai kain
berupa handuk bekas. Keduanya memanjat dengan cekatan. Orang
pertama langsung naik ke arah Budi berada. Sementara itu orang
kedua memanjat sampai dengan ujung batang pohon kelapa..
59