Page 138 - PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
P. 138

138












            Presiden Soeharto bersama Menristek B.J.            Penyelenggaraan simposium yang digalang oleh mahasiswa
            Habibie melakukan olahraga otomotif sepeda          Universitas Brawijaya, Malang sekaligus Deklarasi Peresmian
            motor besar di halaman Istana Merdeka, tahun        Pembentukan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI)
            1996 (Sumber : Arsip Keluarga Habibie).             tanggal 6-8 Desember 1990 (Sumber : Arsip Keluarga Habibie).





            industri teknologi di Indonesia.   Teknokrat itu diberi
            wewenang yang  lebih besar, menjadi  seorang presiden.    “Sebagai seorang yang menekuni pengembangan dan
            Jabatan  itu diterima  Habibie  dalam  situasi yang  sangat   penerapan Iptek canggih, cara berfikir selalu langsung
            sulit. Situasi krisis multidimensional mengubah seluruh peta   dan radikal. Sehingga perilaku dan sifat saya menjadi
            perpolitikan  Indonesia. Habibie  menunjuk  dirinya sebagai   radikal pula, langsung ke inti permasalahan tanpa
            kopilot dalam  metafora  pesawat  terbang. Sebagai  kopilot,   memperhatikan  liku-liku  yang  memang  tidak  perlu
            ia  harus mengambil  alih kendali  pesawat  ketika  turbulensi   diperhatikan.”
            terjadi,  ditambah kemacetan  mesin  yang parah  dan pilot
            utama  dalam  kondisi tak sadarkan  diri.  Dalam  bayangan   Habibie menyatakan, “Kalau saya tidak mengambil kebijakan
            Habibie,  Indonesia di masa transisi  adalah  pesawat yang   yang sesuai dengan kriteria yang saya tentukan, kondisi di
            tengah  mengalami  “super stall”. Daya angkatnya nol dan   Indonesia  bisa  lebih  tidak  rasional. […]  Bangsa Indonesia
            hendak jatuh.  Sementara  210 juta penduduk  Indonesia   dapat terpecah-pecah mengalami “Balkanisasi”. […] Negara
            adalah penumpang  yang  tidak menyadari pesawat tengah   yang besar  terpecah-pecah  menjadi  negara-negara  yang
            menuju kejatuhannya. Sebagai kopilot, Habibie harus segera   kecil. Di Afghanistan dan Irak dibayar dengan darah. Jika ini
            mengambil alih kendali dan menyelamatkan pesawat.   terjadi, maka yang menderita adalah rakyat.”
               Saat itu Habibie hanya memiliki dua pilihan. Masuk kabin   Menurut  Habibie,  jika  hingga  September  1998 krisis
            dan menjelaskan kepada penumpang bahwa pesawat akan   politik dan ekonomi tak teratasi,  maka  pemerintahan
            jatuh atau tetap diam dan mencoba menyelamatkan pesawat.   Indonesia  akan  jatuh. Karena  itu  kebijakan-kebijakan  yang
            Sementara ia berlomba dengan waktu yang berjalan dalam   diambilnya mencerminkan situasi kedaruratan itu, kebijakan
            hitungan mundur.                                    yang irreversible dan redundancy.
               Siapa  pun yang menjadi  pilot di saat-saat  seperti  itu,   Kebijakan pertama yang dilakukan Habibie bisa
            menurut  Habibie,  tidak  bisa melakukan  sesuatu  menurut   memberikan gambaran bagaimana ia mengurai langkah
            keinginannya.  Beliau  harus berkompromi  dengan keadaan.   demi langkah untuk mencegah negara dari ancaman “super
            Jika  tidak melakukan  itu,  maka Indonesia terpecah-belah.   stall”.  Sehari setelah dilantik, pada 22 Mei 1999 Habibie
            Indonesia tidak boleh lagi mengalami ketidakstabilan politik   langsung melantik kabinet baru yang dinamai Kabinet
            sebagaimana  yang terjadi  antara tahun 1947 hingga 1950.   Reformasi Pembangunan.  Terdapat 36 menteri dalam



            b .j .habibie:1998-1999



   Presiden RI FINAL REVISI 20082014 CETAK_130%_03_RevSBY_M5.indd   138                                              10/22/14   10:35 AM
   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143