Page 142 - PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
P. 142

142











              Kasum abri letjen tni sugiono (tengah) menyerahkan Panji-Panji   beberapa anggota Polri berjabat tangan
              Kepolisian ri kepada sekjen Dephankam Fachrul rozi (kanan)   dengan rekan-rekannya dari korps marinir
              disaksikan Kapolri Jendral Pol roesmanhadi (kiri) pada acara   tni al, usai upacara pemisahan Polri dari
              pemisahan Polri dari abri di Cilangkap, Jakarta tanggal 1 april   abri di Cilangkap, Jakarta, tanggal 1 april
              1999 (sumber: antara).                              1999 (sumber: antara).




              Program legitimasi nasional (Prolegnas) untuk menghadapi  untuk  menghindari  kultus  individu  figur  presiden.  Institusi
              percepatan pemilu, khususnya penyempurnaan, perubahan,  presiden  tidak  boleh menjadi  terlalu  sakral  dan berkuasa
              dan  pembuatan  perangkat  perundang-undangan:  uu  sebab kedaulatan ada pada rakyat.
              tentang Pemilu,  uu tentang Kepartaian,  dan  uu tentang   Pada presiden-presiden sebelumnya, awal kepemimpinan
              susunan dan Kedudukan mPr, DPr, dan DPrD.           berjalan  lancar dan transparan, sesuai konstitusi  dan
                 Kedua, pihak pemerintah juga menyiapkan tim undang-  undang-undang  yang  berlaku.  namun, seiring berjalannya
              undang tersebut, termasuk reformasi dalam bidang ekonomi  waktu,  terbentuk  lingkaran kekuatan  politik, kekuatan
              dan hukum,  sehingga antara tim dari pemerintah  dan tim  birokrasi, kekuatan keluarga, dan kekuatan kerabat di sekitar
              dari dewan dapat saling mengisi, kemudian  untuk dibahas  kekuasaan.  lingkaran tersebut  menyebabkan  distorsi  dan
              dan diwujudkan dalam undang-undang produk dewan yang  manipulasi  informasi sehingga kualitas  kebijakan  presiden
              mengambil waktu diperkirakan enam bulan.            menurun. Pembatasan ini berlaku pada jabatan eksekutif lain
                 Ketiga,  untuk menentukan  waktu penyelenggaraan  dalam  pemerintahan, dari  gubernur  hingga lurah. Habibie
              pemilu,  diperlukan  sidang  istimewa  mPr dengan agenda  juga  menganggap  bahwa  tokoh  yang menduduki  jabatan
              mencabut,  mengubah,  dan membuat  ketetapan-ketetapan  eksekutif dipilih langsung oleh rakyat.
              mPr yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilu.      sebagai ilmuwan pesawat terbang, Habibie tahu sekecil
                 Keempat,  setelah  mPr menetapkan waktu di seleng-  apa  pun kelalaian  bisa mengakibatkan  pesawat  kolaps.
              garakannya pemilu,  diperlukan  waktu untuk men-    makanya dalam dunia penerbangan dikenal istilah, “beware
              sosialisasikan persiapan pemilu, termasuk peserta, system,  the crack”. oleh karena itu langkah-langkah yang dilakukan
              dan pelaksanaannya, sesuai perangkat perundang-undangan  Habibie sebisa mungkin memiliki landasan konstitusi. Dalam
              yang baru yang diharapkan selesai tahun 1999.       bernegara, konstitusi adalah holybook yang menjadi sandaran
                 Kelima,  dengan demikian  jadwal  program  percepatan  kolektif untuk melangkah mengatur ketatanegaraan.
              pemilu  sesuai  dengan  penataan perangkat  perundang-  Dasar itulah yang melandasi Habibie mendesak  mPr
              undangan dan sesuai dengan konstitusi.              untuk segera menggelar  sidang  istimewa (si).  tujuan
                 Habibie juga mendorong amandemen konstitusi,  ter-  utamanya adalah mengubah ketetapan mPr sebelumnya
              utama  soal  masa jabatan presiden dan wakil presiden  yang perlu disesuaikan tanpa menunggu hingga lima tahun,
              maksimal  dua  periode  berturut-turut.  menurut  Habibie,  ini  yakni tahun 2003. Ketetapan yang hendak diubah adalah



              b .j .habibie:1998-1999



     Presiden Republik Indonesia FINAL REVISI 20082014 CETAK.indd   142                                                 8/21/14   1:16 PM
   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147