Page 35 - PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
P. 35

35
                 Kongres Partai nasional indonesia
                 (Pni) di surabaya dilaksanakan
                 pada 27 mei – 30 mei 1928, tampak
                 Ketua Pni sukarno, sekretaris
                 iskaq tjokroadisuryo dan samsi
                 sastrowidagdo (sumber: KitlV)













                 semarang tertarik pada ajaran Karl  marx dan semakin  bahkan  konflik  ideologis  dalam  pergerakan  kebangsaan
                 menampilkan diri sebagai penantang  Central  sarekat  tidak terhindarkan, saat itulah  sukarno yang baru saja
                 islam di bawah pimpinan tjokroaminoto. tantangan inilah  menyelesaikan kuliahnya menerbitkan esei politiknya
                 yang menyebabkan tjokroaminoto menulis permasalahan  berjudul “nasionalisme,  islamisme, dan  marxisme” dalam
                 hubungan ajaran islam dengan sosialisme. tjokroaminoto,  Soeluoeh  Indonesia  Moeda, 1926.  esei dalam karya klasik
                 Haji agus  salim, dan abdul  muis mulai menampilkan diri  itu bukan saja memantulkan keresahan jiwanya, tetapi juga
                 sebagai ideolog  islam. Perbedaan ideologi itulah yang  memperlihatkan kecenderungan pemikirannya.
                 menyebabkan  si  Cabang  semarang  harus  dikeluarkan.   ia pun membuat ulasan yang pintar dan menarik tentang
                 sementara itu bu yang didirikan oleh para pemuda pelajar,  corak dan orientasi ketiga  ideologi  itu.  ia  menunjukkan
                 yang anggotanya adalah para  priyayi, telah merumuskan  berbagai  persamaan  yang  memungkinkan  ketiganya
                 ide “nasionalisme  Jawa”.  indische Partij, partai pertama  bergerak dalam kesatuan langkah. Dalam esei panjang ini, ia
                 yang dengan jelas merumuskan arti kolonialisme dalam  juga menjelajahi pengalaman pergerakan politik kebangsaan
                 realitas  kehidupan,  menampilkan  diri  dengan  gagasan  di berbagai negeri di asia.
                 “nasionalisme Hindia”. Di negeri belanda, para mahasiswa
                 bumiputra semakin merasa asing dengan  indische        “Jikalau  kita  semua  insyaf,  bahwa  kekuatan  hidup
                 Vereeniging, organisasi yang mereka dirikan. Pada tahun   itu letaknya tidak dalam menerima, tetapi memberi;
                 1924, para mahasiswa  inlander  dari Hindia  belanda   jikalau kita semua insyaf, bahwa perceraiberaian itu
                 itu mengubah nama organisasi menjadi  indonesische     letak benih perbudakan kita, jikalau kita semua insyaf,
                 Vereeniging. akhirnya, di tahun 1925, nama itu diubah lagi   bahwa permusuhan  itulah yang menjadi kita punya
                 menjadi Perhimpunan indonesia.                         ‘via dolorosa’, jikalau kita insyaf, bahwa roh rakyat
                    Ketika  kematangan   dalam   struktur  kesadaran    kita masih penuh kekuatan untuk menjunjung diri
                 sosial  diperlihatkan  maka  konflik  ideologis  pun  tidak   menuju sinar yang satu yang berada di tengah-tengah
                 terhindarkan.  negeri yang masih secara resmi disebut   kegelapan gumpita yang mengelilingi kita ini, maka
                 Hindia  belanda ini pun semakin jauh memasuki periode   pastilah persatuan itu terjadi,dan pastilah sinar itu
                 “dasawarsa ideologi” (1920-an–1930-an). Ketika berbagai   tercapai juga. Sebab sinar itu sudah dekat.”
                 corak  ideologi bermunculan dan di saat perdebatan dan



                 SUKARNO:1945–196 7



     Presiden Republik Indonesia FINAL REVISI 20082014 CETAK.indd   35                                                  8/21/14   1:12 PM
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40