Page 120 - Kompendium Katekismus Gereja Katolik
P. 120
116 Bagian Dua: Perayaan Misteri Kristen
344. Apa kesepakatan Perkawinan itu?
1625-1632 Kesepakatan perkawinan diberikan ketika seorang laki-laki dan seorang
1662-1663 perempuan mengungkapkan kehendak untuk saling memberikan diri mereka satu
sama lain dengan tujuan untuk hidup bersama dalam perjanjian cinta yang setia
dan subur. Karena kesepakatan menyebabkan perkawinan terjadi, kesepakatan itu
mutlak perlu dan tidak tergantikan. Agar perkawinan itu sah, persetujuan ini harus
jelas-jelas mengenai perkawinan yang sungguh-sungguh dan merupakan tindakan
manusia yang sadar, bebas, tanpa kekerasan dan paksaan.
345. Apa yang diperlukan jika salah satu mempelai bukan Katolik?
1633-1637 Perkawinan campur (antara seorang Katolik dan seorang yang dibaptis bukan
Katolik) membutuhkan izin otoritas gerejawi demi layaknya. Dalam kasus disparitas
kultus (antara seorang Katolik dan seorang yang tidak dibaptis) memerlukan
dispensasi demi sahnya. Dalam kedua kasus itu, hal yang pokok ialah kedua belah
pihak mengakui dan menerima tujuan pokok dan ciri khas perkawinan. Perlu juga
ditekankan bahwa pihak Katolik menerima kewajiban, yang juga sudah diketahui
oleh pihak non-Katolik, untuk tetap menghayati imannya dan membaptis serta
mendidik anak-anak mereka secara Katolik.
346. Apa buah Sakramen Perkawinan?
1638-1642 Sakramen Perkawinan menetapkan ikatan yang kekal dan eksklusif antara
kedua mempelai. Allah memeteraikan kesepakatan perkawinan mereka. Karena
itu, perkawinan yang sudah dilaksanakan dengan sah (ratum) dan sudah dilengkapi
dengan persetubuhan (consumatum) antara dua orang yang sudah dibaptis tidak
pernah dapat diceraikan. Terlebih lagi, Sakramen ini memberikan rahmat yang
dibutuhkan bagi kedua mempelai untuk mencapai kesucian dalam kehidupan
perkawinan mereka dan jika dianugerahi anak-anak, menerima tanggung jawab
untuk merawat dan mendidik mereka.
347. Dosa apa yang sungguh-sungguh bertentangan dengan Sakramen Per-
kawinan?
1645-1648 Perzinaan dan poligami bertentangan dengan Sakramen Perkawinan karena
kedua hal itu betul-betul berlawanan dengan martabat kesetaraan antara laki-laki
dan perempuan dan dengan kesatuan dan eksklusivitas cinta perkawinan. Dosa-