Page 118 - Kompendium Katekismus Gereja Katolik
P. 118

114                                            Bagian Dua: Perayaan Misteri Kristen

            335. Apa buah Sakramen Penahbisan?

    1581-1589    Sakramen ini memberikan pencurahan khusus Roh Kudus yang menjadikan
            orang yang menerimanya serupa dengan Kristus dalam tiga jabatan-Nya sebagai
            Imam,  Nabi,  dan  Raja  sesuai  dengan  tingkatan  Sakramen  yang  diterimanya.
            Penahbisan memberikan meterai spiritual yang tidak dapat dihapuskan, dan karena
            itu tidak dapat diulangi atau diberikan untuk sementara waktu.

            336. Dengan wewenang apakah pelayanan imamat itu dilaksanakan?

    1547-1553    Dalam menjalankan tugas pelayanan sucinya, para Imam yang ditahbiskan
        1592  berbicara dan bertindak bukan atas wewenang mereka sendiri, bukan pula karena
            mandat atau delegasi komunitas tertentu, tetapi atas nama Pribadi Kristus Sang
            Kepala dan atas nama Gereja. Karena itu, imamat jabatan ini berbeda secara esensial
            dan tidak hanya dalam tingkatan dengan imamat umum seluruh umat beriman.
            Untuk pelayanan umat beriman, Kristus menetapkan Sakramen ini.




                                  SAKRAMEN PERKAWINAN


            337. Apa rencana Allah berkenaan dengan laki-laki dan perempuan?
    1601-1605    Allah yang adalah cinta dan yang telah menciptakan laki-laki dan perempuan
            untuk cinta telah memanggil mereka untuk mencinta. Dengan menciptakan laki-laki
            dan perempuan, Allah memanggil mereka kepada persatuan hidup yang intim dan
            cinta dalam perkawinan. ”Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu” (Mat
            19:6). Allah bersabda dan memberkati mereka: ”Beranak-cuculah dan bertam-
            bah banyak” (Kej 1:28).

            338. Untuk tujuan apa Allah menetapkan Perkawinan?

    1659-1660    Hubungan  perkawinan  antara  laki-laki  dan  perempuan,  yang  didasarkan
            dan  didukung  dengan  hukum-hukumnya  sendiri  oleh  sang  Pencipta,  menurut
            kodratnya bertujuan untuk persatuan dan kebaikan pasangan dan menurunkan
            serta mendidik anak-anak. Menurut rencana ilahi asali, persatuan perkawinan ini
            tak dapat diceraikan, seperti Yesus Kristus menegaskan: ”Apa yang telah dipersa-
            tukan Allah, tidak boleh diceraikan  manusia” (Mrk 10:9).
   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123