Page 197 - Papua dalam arus sejarah bangsa
P. 197

Bila dilihat dari struktur sosial, orang   mula perang atau pengayauan kepala   Asmat adalah seseorang pemimpin   mampu memanfaatkan sumber daya
 Asmat mengenal sistem pembagian   manusia. Pengayauan bermula dari   perang yang berhasil memenangkan   alam sebagai pewarna alami untuk
 masyarakat ke dalam moiety yang   perintah Desoipitsy kepada adiknya   peperangan.   memperindah ukirannya, sehingga hasil
 disebut aypem. Masing-masing aypem   Biwiripitsy untuk membunuhnya   ukirannya semakin artistik dan memiliki
 atau moiety itu disebut cewi dan   dengan sebuah tombak, kemudian   Suku Asmat sangat terkenal dengan   nilai seni yang tinggi. Hasil ukiran Suku
 uripis. Aypem dapat tumbuh menjadi   menyembelihnya sesuai dengan   kecakapannya dalam seni ukir kayu.   Asmat sangat digemari pencinta seni
 cabang klen atau yew yang baru jika   perintah Desoipitsy. Kebudayaan   Mereka mampu menghasilkan ukiran   rupa di seluruh dunia.
 jumlah anggotanya bertambah banyak   mengayau kepala manusia pada orang   kayu yang sangat artistik. Hasil
 sehingga sulit diatur. Pertumbuhan   Asmat kurang tepat diasosiasikan   ukiran kayunya memiliki kekhasan   Penggunaan alat ukir kayu dari tulang
 yew juga dapat disebabkan oleh   dengan kanibalisme karena tujuan   dalam setiap ukirannya. Bagi Suku   mulai diganti dengan penggunaan
 konflik antara anggota yew. Yew atau   pengayauan bukan semata-mata untuk   Asmat, seni ukir kayu adalah bagian   logam sejak kapal Flamongo berlabuh
 cabang klen merupakan kesatuan   pemenuhan kalori tetapi bertalian   dari kehidupannya sehari-hari. Jauh   di pantai Asmat pada 10 Oktober 1904.
 sosial dasar pada orang Asmat. Yew   erat dengan upacara-upacara besar,   sebelum mereka mengenal logam,   Awak kapal tersebut melakukan barter
 juga berarti sebuah bangunan rumah   misalnya upacara inisiasi. Hal inilah   orang Asmat mengukir kayu dengan   pisau dan kapak besi dengan dayung,
 yang mempunyai fungsi sosial-religius,   yang menyebabkan pengayauan   menggunakan peralatan tradisionalnya   anak panah, tombak, dan perisai dari
 yaitu sebagai tempat tinggal anak   merupakan bagian tak terpisahkan dari   yaitu rahang buaya atau tulang kasuari.   Suku Asmat. Sejak itu, orang Asmat
 laki-laki muda, tempat pendidikan,   kehidupan orang Asmat. Bagi orang   Penggunaan pahat dari tulang hanya   menggunakan logam untuk melakukan
 dan tempat penyimpanan benda-  Asmat, agar eksistensi manusia di bumi   mampu mengukir kayu yang tidak keras   pengukiran kayu. Dengan penggunaan
 benda suci dari klen. Sedangkan   dapat berkelanjutan maka perang   dan cungkilannya juga tidak terlalu   logam, waktu yang dibutuhkan untuk
 kesatuan sosial yang paling besar   harus mutlak terjadi dalam kehidupan   dalam. Setelah kayu ukir dicungkil,   mengukir kayu semakin cepat dan hasil
 bagi orang Asmat adalah kampung   mereka. Oleh karena itu, orang Asmat   selanjutnya menggunakan pinggiran   ukirannya semakin licin dan semakin
 yang terbentuk dari beberapa yew   sangat menghargai anggota warganya   kulit kerang untuk penyelesaian akhir   artistik. Hasil ukiran orang Asmat
 atau klen. Konflik antara anggota yew   yang mampu mengintensifkan aktivitas   dan pelicinan permukaan ukiran   yang artistik itu banyak disimpan di
 bertalian dengan cita-cita umum orang   perang, sehingga setiap orang laki-  tersebut. Orang Asmat juga sudah   museum-museum atau galeri-galeri
 Asmat yaitu keberanian memimpin   laki dewasa berusaha untuk menjadi   mengenal pewarnaan ukiran dengan   pencinta seni ukir di negara-negara
 perang. Keberanian memimpin   pemimpin perang. Orang yang berhasil   menggunakan kulit kerang yang dibakar   Eropa. Setiap tahun Pemerintah Daerah
 perang merupakan manifestasi dari   memimpin perang, berhak menjadi   untuk menghasilkan warna putih dan   Kabupaten Asmat menyelenggarakan
 fokus kebudayaannya yaitu perang.   pemimpin dalam masyarakatnya   menggunakan tanah liat kuning yang   pameran hasil ukiran orang Asmat.
 Perang merupakan bagian yang tak   (Mansoben, 1994). Dengan demikian   dibakar atau sari dari kulit bakau untuk   Melalui penyelenggaraan pameran itu
 terpisahkan dari aspek kehidupan   aktivitas perang juga bertujuan   menghasilkan warna merah serta   diharapkan generasi muda orang Asmat
 orang Asmat. Secara ideologi, perang   untuk menjaring calon pemimpin di   menggunakan bubuk arang kayu untuk   tertarik menekuni profesi pengukir kayu
 mendapat pengesahan melalui mitos   dalam masyarakat Asmat. Pemimpin   menghasilkan warna hitam. Hal ini   dan profesi itu mampu meningkatkan
 orang Asmat, yang menceritakan asal   masyarakat yang diidolakan masyarakat   membuktikan bahwa orang Asmat telah   kesejahteraan keluarganya. Selain itu,



                                                                                        18
 18  P PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSAAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA  P PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSAAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA  1811
 1800
   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202