Page 196 - Papua dalam arus sejarah bangsa
P. 196
Bila dilihat dari struktur sosial, orang mula perang atau pengayauan kepala Asmat adalah seseorang pemimpin mampu memanfaatkan sumber daya
Asmat mengenal sistem pembagian manusia. Pengayauan bermula dari perang yang berhasil memenangkan alam sebagai pewarna alami untuk
masyarakat ke dalam moiety yang perintah Desoipitsy kepada adiknya peperangan. memperindah ukirannya, sehingga hasil
disebut aypem. Masing-masing aypem Biwiripitsy untuk membunuhnya ukirannya semakin artistik dan memiliki
atau moiety itu disebut cewi dan dengan sebuah tombak, kemudian Suku Asmat sangat terkenal dengan nilai seni yang tinggi. Hasil ukiran Suku
uripis. Aypem dapat tumbuh menjadi menyembelihnya sesuai dengan kecakapannya dalam seni ukir kayu. Asmat sangat digemari pencinta seni
cabang klen atau yew yang baru jika perintah Desoipitsy. Kebudayaan Mereka mampu menghasilkan ukiran rupa di seluruh dunia.
jumlah anggotanya bertambah banyak mengayau kepala manusia pada orang kayu yang sangat artistik. Hasil
sehingga sulit diatur. Pertumbuhan Asmat kurang tepat diasosiasikan ukiran kayunya memiliki kekhasan Penggunaan alat ukir kayu dari tulang
yew juga dapat disebabkan oleh dengan kanibalisme karena tujuan dalam setiap ukirannya. Bagi Suku mulai diganti dengan penggunaan
konflik antara anggota yew. Yew atau pengayauan bukan semata-mata untuk Asmat, seni ukir kayu adalah bagian logam sejak kapal Flamongo berlabuh
cabang klen merupakan kesatuan pemenuhan kalori tetapi bertalian dari kehidupannya sehari-hari. Jauh di pantai Asmat pada 10 Oktober 1904.
sosial dasar pada orang Asmat. Yew erat dengan upacara-upacara besar, sebelum mereka mengenal logam, Awak kapal tersebut melakukan barter
juga berarti sebuah bangunan rumah misalnya upacara inisiasi. Hal inilah orang Asmat mengukir kayu dengan pisau dan kapak besi dengan dayung,
yang mempunyai fungsi sosial-religius, yang menyebabkan pengayauan menggunakan peralatan tradisionalnya anak panah, tombak, dan perisai dari
yaitu sebagai tempat tinggal anak merupakan bagian tak terpisahkan dari yaitu rahang buaya atau tulang kasuari. Suku Asmat. Sejak itu, orang Asmat
laki-laki muda, tempat pendidikan, kehidupan orang Asmat. Bagi orang Penggunaan pahat dari tulang hanya menggunakan logam untuk melakukan
dan tempat penyimpanan benda- Asmat, agar eksistensi manusia di bumi mampu mengukir kayu yang tidak keras pengukiran kayu. Dengan penggunaan
benda suci dari klen. Sedangkan dapat berkelanjutan maka perang dan cungkilannya juga tidak terlalu logam, waktu yang dibutuhkan untuk
kesatuan sosial yang paling besar harus mutlak terjadi dalam kehidupan dalam. Setelah kayu ukir dicungkil, mengukir kayu semakin cepat dan hasil
bagi orang Asmat adalah kampung mereka. Oleh karena itu, orang Asmat selanjutnya menggunakan pinggiran ukirannya semakin licin dan semakin
yang terbentuk dari beberapa yew sangat menghargai anggota warganya kulit kerang untuk penyelesaian akhir artistik. Hasil ukiran orang Asmat
atau klen. Konflik antara anggota yew yang mampu mengintensifkan aktivitas dan pelicinan permukaan ukiran yang artistik itu banyak disimpan di
bertalian dengan cita-cita umum orang perang, sehingga setiap orang laki- tersebut. Orang Asmat juga sudah museum-museum atau galeri-galeri
Asmat yaitu keberanian memimpin laki dewasa berusaha untuk menjadi mengenal pewarnaan ukiran dengan pencinta seni ukir di negara-negara
perang. Keberanian memimpin pemimpin perang. Orang yang berhasil menggunakan kulit kerang yang dibakar Eropa. Setiap tahun Pemerintah Daerah
perang merupakan manifestasi dari memimpin perang, berhak menjadi untuk menghasilkan warna putih dan Kabupaten Asmat menyelenggarakan
fokus kebudayaannya yaitu perang. pemimpin dalam masyarakatnya menggunakan tanah liat kuning yang pameran hasil ukiran orang Asmat.
Perang merupakan bagian yang tak (Mansoben, 1994). Dengan demikian dibakar atau sari dari kulit bakau untuk Melalui penyelenggaraan pameran itu
terpisahkan dari aspek kehidupan aktivitas perang juga bertujuan menghasilkan warna merah serta diharapkan generasi muda orang Asmat
orang Asmat. Secara ideologi, perang untuk menjaring calon pemimpin di menggunakan bubuk arang kayu untuk tertarik menekuni profesi pengukir kayu
mendapat pengesahan melalui mitos dalam masyarakat Asmat. Pemimpin menghasilkan warna hitam. Hal ini dan profesi itu mampu meningkatkan
orang Asmat, yang menceritakan asal masyarakat yang diidolakan masyarakat membuktikan bahwa orang Asmat telah kesejahteraan keluarganya. Selain itu,
18
18 P PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSAAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA P PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSAAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA 1811
1800