Page 335 - Papua dalam arus sejarah bangsa
P. 335

Nicolaas Jouwe dan Lukas Jouwe   Papua pada masa sengketa dengan   Komunis Indonesia (PKI) berusaha   wilayah Indonesia akan selamanya
 yang semula bersama Indey akhirnya   Belanda dikendalikan dari Kota Soasiu,   mengambil bagian untuk berperan serta   mencakup kepulauan dari Sabang
 memilih berpisah, dengan harapan   Tidore sejak tanggal 17 Agustus 1956,   dalam perjuangan merebut kembali   sampai Merauke dengan asas Wawasan
 bahwa Papua pada akhirnya akan   dengan cakupan wilayah yang meliputi   Papua (Feith 1972).  Nusantara (Numberi 2013:147).
 memiliki status sendiri, sebagaimana   Papua, Tidore, Oba, Weda, Patani, dan
 dikemukakan Materay. Di sinilah   Wasile, Maluku Utara. Gubernur yang   Pihak Belanda sendiri memiliki   Langkah untuk menyelesaikan
 agaknya awal konflik di antara orang   diberi tugas menjalankan pemerintahan   kepentingan untuk tidak melepaskan   persengketaan terhadap wilayah
 Papua sendiri tercipta yaitu mengenai   dari luar Papua adalah Sultan Tidore,   Papua Nieuw Guinea yang sejak   Papua dilakukan dengan pembentukan
 nasib mereka di kemudian hari   Zainal Abidin Syah, yang ditetapkan   memasuki masa status quo itu,   Komisi Irian pada Konferensi Menteri-
 (Meteray, 2013:63). Kedatangan G. S. S.   pada 1956. Dari perspektif historis   sementara menjadi miliknya.   Menteri Indonesia–Belanda pada
 J. Ratulangi dan Soegoro Atmoprasodjo   adalah hal itu mudah dimengerti,   Belakangan, muncul kesadaran bahwa   April 1950 di Jakarta. Pekerjaan
 mempengaruhi kelompok yang pro   karena melalui Tidore di masa lampau,   setelah lama menguasai wilayah ini,   pendahuluan telah dimulai dalam
 untuk bergabung dengan Indonesia.   setidaknya sejak abad ke-17, wilayah   Pemerintah Kolonial Belanda pun tidak   forum itu dengan membicarakan soal
 Di pihak lain terdapat kelompok yang   atau pengaruh kekuasaan Tidore   banyak melakukan pembangunan   keuangan dan memutuskan untuk
 kontra yang menginginkan tetap   mencakup Papua, terutama di bagian   yang membawa kesejahteraan   meneruskan perundingan. Setahun
 berada di bawah pemerintahan kolonial   barat (Numberi 2013:146).  penduduk, termasuk perhatian kepada   sesudah “penyerahan kedaulatan”,
 Belanda. Pertentangan ini tampak jelas   masyarakat di Papua Nieuw Guinea   pada 27 Desember 1950, diadakan
 pada orang Serui yang pro Indonesia   Di dalam negeri Indonesia, masalah   yang setidaknya sejak akhir abad ke-  konferensi kedua Menteri-Menteri
 dan orang Biak yang pro Belanda.  Papua menjadi isu politik nasionalisme,   19. Sikap itu tampak pada pengaturan   Indonesia–Belanda di Den Haag.
 baik di kalangan massa maupun   pemerintahan dan pendirian sekolah   Indonesia mengajukan nota bahwa:
 Bahwa kemudian, Papua hanya   elite. Semua kekuatan politik,   pamong praja, serta sekolah polisi   “kedaulatan de jure Republik Indonesia
 merupakan bagian dari Negara   meskipun berbeda ideologi maupun   untuk pribumi yang justru muncul dari   atas Papua harus diakui oleh
 Indonesia Timur, maka interpretasi   kepentingannya, tidak mau ketinggalan   peran Van Eechoud. Minat dan bahkan   Belanda tanpa ditunda, dan bahwa
 yang muncul adalah anggapan   menyuarakan dan memperjuangkan   dorongan yang lebih luas diberikan   penyerahan pemerintahan Belanda
 “dipinggirkan”nya mereka dari konteks   agar Papua segera kembali ke   untuk “menyiapkan” bangsa Papua   dapat dilancarkan dengan melalui
 nasional, sehingga anggapan ini   “pangkuan ibu pertiwi”. Kekuatan atau   untuk “menentukan nasibnya sendiri”.   rencana kedua belah pihak, pada
 menjadi lebih mudah dimengerti.   partai-partai nasionalis bersemangat   Sementara, yang dilakukan Pemerintah   pertengahan tahun 1951”. Adapun
 Tidak jelasnya sikap Belanda dalam   dalam mengobarkan isu, demikian   Indonesia pascakemerdekaan adalah   balasan Belanda adalah mengusulkan
 mengembalikan Papua kepada   pula kalangan komunis, yang berjuang   upaya untuk mengintegrasikan wilayah   untuk “menyerahkan urusan kedaulatan
 Indonesia berujung pada penyampaian   untuk mengembalikan pengaruh dan   Papua ke NKRI, termasuk dalam   Papua kepada Uni Belanda–Indonesia,
 maklumat dari Indonesia untuk   nilai positifnya setelah Peristiwa Madiun   Deklarasi Djuanda yang disampaikan   sementara administrasi daerah itu
 membatalkan isi KMB pada 3 Mei 1956.   tahun 1948. Pada awal tahun 1950-  dalam Konferensi PBB di Jenewa   berada di tangan Belanda dengan
 Pemerintahan Republik Indonesia untuk   an, tampak dengan jelas bahwa Partai   pada Desember 1957, yaitu bahwa   keanggotaan orang-orang Indonesia



                                                                                        3
 31818
 3  P PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSAAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA  P PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSAAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA  31919
   330   331   332   333   334   335   336   337   338   339   340