Page 145 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 145
setidaknya memiliki belasan rekening milik mereka. Lumrah saja,
itu barter, mereka melindungi Bank Semesta dan grup bisnis
kami dalam setiap kasus. Kami melindungi kerahasiaan data dan
transaksi keuangan mereka dari intipan banyak orang.
”Itu di luar money laundering yang tidak kasatmata. Kau tahu,
dari seribu triliun anggaran negara, menurut ekonom senior,
hampir dua puluh persen dikorup dan disalahgunakan. Siapa
yang menampung uang itu? Perbankan nasional! Uang suap,
sogok, pelicin, bahkan uang pajak yang tidak masuk ke kas
negara, puluhan triliun nilainya. Ke mana uang itu berlabuh?
Perbankan nasional! Kebanyakan orang hanya melihat money
laundering dari kegiatan mafia, kejahatan bersenjata. Padahal di
luar itu banyak sekali kasusnya. Kami membuka rekening untuk
petugas korup, pejabat negara jahat, membuat rekening giro
perusahaan fiktif, semua yang mungkin dilakukan. Aku tidak
tahu detailnya, kepala cabang dan pemimpin Bank Semesta yang
lebih tahu.” Om Liem menghela napas lagi, diam sejenak,
membuat bagian belakang mobil boks laundry senyap.
”Ini lucu sekali, bukan?” Om Liem tertawa suram.
”Lucu?” Julia bertanya heran.
”Lucu, bukan? Konvensi perbankan internasional selalu meng-
ingatkan tentang know your customer. Bankir jelas-jelas amat
know customer mereka. Tahu persis uang-uang itu dari mana
berasal.”
”Astaga, Julia, tidak bisakah kau berhenti mewawancarai dia?
Ini bukan kesempatan eksklusif wawancara dengan buronan
kelas kakap. Ada urusan lain yang perlu dicemaskan. Kita masih
lari dari polisi, kapan saja mereka bisa muncul.” Aku menoleh,
memotong sebelum Julia kembali bertanya.
143
Isi-Negeri Bedebah.indd 143 7/5/2012 9:51:09 AM