Page 150 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 150

”Logistikmu cukup?”
                 ”Cukup,  Pak  Thom.  Untuk  seminggu  ke  depan  juga  ada.

               Paling saya butuh mengisi tong air penuh-penuh. Apa saya harus
               menambah logistik lagi untuk perjalanan jauh, Pak Thom?”
                 ”Tidak  perlu.  Kau  hanya  perlu  mengapung  di  Kepulauan
               Seribu hingga Senin pagi. Itu lebih dari cukup.” Aku menoleh.
               ”Kita segera berangkat, Julia.”
                 ”Eh?”  Julia  yang  sedang  asyik  ikut  mengerumuni  panci  sup
               Kadek menoleh.
                 ”Ayolah,  Tommi,  setidaknya  kau  menghabiskan  semangkuk

               sup kaki sapi yang lezat ini dulu. Sudah lama kita tidak makan
               bersama.” Opa tersenyum. ”Sepanjang hari kau juga pasti belum
               makan.”
                 Aku menggeleng. Ini bukan acara pesiar seperti biasanya.
                 ”Bergegas, Julia. Ada banyak yang harus kita kerjakan.”
                 Julia mengangguk.
                 ”Segera  lepas  sauh,  tinggalkan  dermaga.  Jaga  mereka  berdua
               dengan hidupmu, Kadek,” aku berkata pelan  pada Kadek  yang
               mengantar hingga tangga kapal.

                 Kadek mengangguk.
                 ”Tidak ada yang boleh membawa mereka pergi dari kapal ini
               kecuali aku. Siapa pun itu. Peduli setan jika ada pasukan katak
               angkatan  laut  yang  mengepung  kapal.  Kau  bahkan  boleh
               menggunakan  Kalashnikova  di  kamarku  dalam  situasi  darurat.
               Mengerti?”
                 Kadek kali ini menelan ludah, lantas ragu-ragu mengangguk.
                 Aku  dan  Julia  sudah  berjalan  cepat  di  pelataran  dermaga,

               kembali menaiki mobil boks laundry.

                                         148




       Isi-Negeri Bedebah.indd   148                                 7/5/2012   9:51:09 AM
   145   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155