Page 149 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 149
mengelilingi dunia dengan kapal itu, boleh. Sepanjang setiap kali
Opa atau aku memerlukannya, Pasifik sudah merapat rapi di
dermaga.” Sudah hampir tiga tahun Kadek mengurus kapal itu,
kadang berminggu-minggu tertambat di dermaga, kadang ber-
bulan-bulan melepas sauh. Dia pernah sendirian membawanya
ke Bangkok, ikut pertandingan selancar. Kadek juga pernah
membawa Pasifik mengikuti race Australia-Maluku, juga race
memutari Amerika hingga New York.
”Saya belum merapikan kamar-kamar, Pak Thom. Semua
masih berantakan. Harusnya Pak Thom kasih kadar dulu ke
saya. Bagaimana, saya izin sejenak, boleh?”
”Tidak perlu, Kadek. Kau akan segera melepas sauh. Aku
hanya sebentar saja di sini.” Aku menggeleng sekaligus melirik
jam di pergelangan tangan.
”Sebentar saja? Pak Thom tidak ikut berlayar?”
”Tidak. Opa dan Om Liem yang akan ikut. Kau tidak perlu
berlayar jauh-jauh, hanya mengitari Kepulauan Seribu. Aktifkan
telepon genggam satelitmu. Aku setiap saat akan menghubungi-
mu jika terjadi sesuatu. Hindari bertemu dengan patroli laut
yang ada, minimalkan kontak dengan siapa pun, tetap meng-
apung di laut.” Aku mulai memberikan instruksi.
Kadek mengangguk, tangannya kembali mengaduk panci sup.
Aroma sup hangat menyebar ke seluruh dapur kapal. Inilah yang
aku suka darinya sejak dulu. Dia tidak banyak tanya. Pengalam-
annya sebagai peselancar, guide, pengajar kursus mengemudi
speedboat, juru masak kafe, tukang suruh-suruh, dan pekerjaan
serabutan lainnya di Nusa Dua Bali, membuat Kadek paham,
setiap orang punya urusan masing-masing. Urus saja bagian
sendiri, sisanya tutup mulut.
147
Isi-Negeri Bedebah.indd 147 7/5/2012 9:51:09 AM