Page 147 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 147
OBIL boks laundry merapat ke salah satu dermaga modern
dekat pelabuhan tua Jakarta, Sunda Kelapa. Gerimis mem-
bungkus kota. Bulir hujan sejauh mata memandang bagai kristal
di muramnya senja. Julia berbaik hati turun lebih dulu, mem-
berikan payung untuk Opa. Belasan kapal pesiar mewah ukuran
kecil mengangguk-angguk perlahan bersama gerakan permukaan
laut. Tiang-tiangnya terlihat gagah. Kami berempat berjalan ber-
iringan menuju ujung dermaga, tempat kapal terbesar ditambat-
kan.
Dermaga sepi, di pos jaga gerbang depan tadi hanya ada dua
petugas yang menguap, mengenaliku, tidak memeriksa mobil boks,
hanya melambaikan tangan padaku. Meski akhir pekan, ini bukan
jadwal berlayar yang baik. Ombak di perairan utara Jakarta relatif
besar. Kapal-kapal pesiar tertambat bisu, tidak ada bedanya de-
ngan vila atau rumah peristirahatan yang kosong. Setelah memi-
kirkan berbagai alternatif sepanjang perjalanan dari Waduk Jati-
luhur, inilah tempat paling aman menyembunyikan Om Liem.
145
Isi-Negeri Bedebah.indd 145 7/5/2012 9:51:09 AM