Page 19 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 19
ESAWAT berbadan besar melaju cepat meninggalkan
London. Sekarang kami berada sepelemparan batu di atas wi-
layah penerbangan Myanmar. Penerbangan nonstop ini menuju
Singapura.
Aku tertawa kecil.
”Apa pertanyaanmu tadi? Kau bergurau. Aku konsultan ke-
uangan profesional, aku tidak peduli dengan kemiskinan. Yang aku
cemaskan justru sebaliknya, kekayaan, ketika dunia dikuasai sege-
lintir orang, nol koma dua persen, orang-orang yang terlalu kaya.”
Kami sudah menghabiskan anggur gelas pertama. Pramugari
yang selalu tersenyum itu baru saja lewat (lagi), menawarkan
gelas kedua. Aku menggeleng. Selepas mendarat di Singapura,
penerbangan lanjutan menuju Jakarta sudah menunggu. Aku
harus bergegas menuju lokasi klub tinju. Aku punya per-
tandingan penting malam ini.
”Bisa dijelaskan lebih detail?” Gadis dengan predikat ”warta-
wan terbaik” di sebelahku bertanya.
17
Isi-Negeri Bedebah.indd 17 7/5/2012 9:51:07 AM