Page 389 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 389

tangan untuk kesekian kali juga. Sudah pukul 17.30. Acara kon-
               vensi sudah benar-benar selesai.
                  ”Baik. Terima kasih banyak atas percakapan hebat ini, Thom.”

               Dia berdiri.
                  Hei? Lantas bagaimana dengan pertemuanku?
                  ”Kau  hendak  kembali  ke  Jakarta  malam  ini  juga,  bukan?
               Besok  kembali  bekerja  dengan  strategi-strategi  keuangan  lain,
               bukan?”
                  Hei,  aku  benar-benar  jengkel  sekarang.  Waktuku  terbuang
               sia-sia melayani dia bicara.
                  ”Nah, kau mau menumpang bersama kami, Thom?” Orang itu
               lebih dulu bicara lagi sebelum aku berseru marah. Kalimat yang
               menahan ekspresi muka dan gerakan tanganku.
                  ”Menumpang?” aku bertanya balik.
                  ”Iya. Ada beberapa kursi kosong di pesawat carteran. Bukan,
               itu  bukan  pesawat  kenegaraan,  mereka  naik  pesawat  lain.  Jika
               kau  mau,  kau  bisa  bergabung,  Thom. Apa  kubilang  tadi?  Soal
               bertemu putra mahkota itu mudah. Sepanjang kau bisa meyakin-
               kanku,  sepanjang  pembicaraan  tadi  menjanjikan,  semua  bisa
               diurus.  Kau  tahu,  aku  memberikan  apa  saja  untuk  partai  ini.
               Akulah  mesin  ATM  paling  sibuk.  Dan  dalam  struktur  partai

               modern, orang yang paling banyak menyetorkan uang, paling giat
               mencari uang untuk partainya, dia bahkan bisa berdiri di posisi
               paling  tinggi,  tidak  peduli  berapa  usiamu,  tidak  peduli  apakah
               kau sebelumnya dikenal atau tidak. Nah, kau mau menumpang
               pesawat kami? Dia pasti senang berkenalan dengan orang seperti-
               mu.”
                  Aku terdiam. Astaga! Menumpang pesawat mereka?
                  ”Ayo, Thom, kita harus bergegas. Kau tidak mau ketinggalan

                                          387




       Isi-Negeri Bedebah.indd   387                                 7/5/2012   9:51:15 AM
   384   385   386   387   388   389   390   391   392   393   394