Page 64 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 64

persen? 10 persen? Semua hasil dari perkiraan, antisipasi. Berapa
               inflasi  bulan  depan?  0,5  persen?  1  persen?  Semua  keluar  dari
               kalkulasi perkiraan, eskpektasi.

                 Ajaib,  bukan?  Kita  ternyata  selama  ini  memercayakan  nasib
               perekonomian  dunia,  nasib  periuk  nasi  banyak  orang,  kepada
               orang-orang yang di kelas diajarkan tentang ekspektasi. Bukankah
               itu  tidak  beda  dengan  para  penyihir,  dukun,  juru  ramal,  atau
               profesi dunia gaib lain? Sialnya, jika kalian bisa menimpuk tukang
               ramal yang ramalannya salah (atau malah memilih tidak percaya
               sama sekali), kalian tidak bisa menimpuk menteri ekonomi atau
               petinggi  bank  sentral  jika  mereka  salah  mengambil  kebijakan,
               ”Ternyata variabelnya lebih banyak dari dugaan kami. Ini bukan
               salah  kami.  Siapa  pun  pengambil  keputusannya,  pasti  keliru
               memprediksi turbulensi ekonomi yang ada.” Omong kosong.
                 Profesor  penerima  nobel  ekonomi  yang  adalah  salah  satu
               dosenku sekaligus menjadi lawan debatku di sekolah bisnis ter-
               nama,  hanya  tertawa  mendengar  komentarku—dia  pastilah
               terlatih menghadapi mahasiswa model aku. ”Itulah menariknya
               ilmu ini, Thomas. Sejak zaman Nabi Adam, kita selalu tertarik
               dengan masa depan, berusaha mengintip rahasia langit, berusaha
               menjelaskan apa yang akan terjadi esok hari. Nah, dengan pen-

               dekatan  ilmiah,  ilmu  ekonomi  mengumpulkan  bukti-bukti
               empiris yang ada. Pemegang kebijakan ekonomi bisa menyesuai-
               kan akibat yang terjadi dari kontrol yang mereka punya. Bukan
               urusanku  jika  ternyata  pemegang  kontrol  itu  orang  yang  pe-
               ngecut, korup, dan lebih mementingkan pihak tertentu.”
                 Diskusi ditutup tanpa kesimpulan.
                 Aku mengembuskan napas panjang. Aku dan Om Liem sudah
               duduk rapi di dalam pesawat. Lima menit lalu, petugas imigrasi

                                          62




       Isi-Negeri Bedebah.indd   62                                  7/5/2012   9:51:07 AM
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69