Page 60 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 60
”Apa bedanya, Randy?” Aku mulai jengkel, pintu keluar tol
sudah terlihat, jarakku dengan bandara tinggal dua kilometer,.
Jika Randy tidak bisa membantu, melewati pintu imigrasi
bandara sama saja dengan menyerahkan diri.
”Setidaknya, beri aku waktu setengah jam berkoordinasi de-
ngan petugas imigrasi...”
”Astaga, Randy. Aku butuh sekarang!”
”Aku harus koordinasi dulu, Thom.”
”Segera, Randy. Detik ini juga! Kau sudah berjanji di klub
bertarung, jika aku mengalahkan Rudi, kau akan melakukan apa
saja, termasuk meloloskan buronan negara. Janji seorang pe-
tarung, Randy.”
Randy terdiam sejenak di seberang sana. ”Baik, Sobat. Beri
aku satu menit, aku akan memberimu akses melintasi petugas
imigrasi.” pustaka-indo.blogspot.com
Aku menutup telepon, menerobos pintu tol keluar. Penjaganya
berteriak, bilang aku belum membayar. Aku hanya bergumam
pendek. Tidak pernahkah dia melihat ambulans yang terburu-
buru? Darurat.
Aku menghentikan ambulans lima belas detik sebelum me-
masuki gerbang bandara, menyuruh empat perawat dan dokter
turun. ”Kalian pulang ke rumah masing-masing dengan taksi,
tidur, dan beristirahat. Lupakan kejadian ini. Jika nanti ada polisi
yang menginterogasi, bilang saja kalian diancam olehku. Di luar
itu, kalian tidak tahu dan tidak berkomentar, paham?” Dokter
dan empat perawat mengangguk.
Aku menyuruh Om Liem pindah ke bangku depan. Infus,
slang, dan masker yang pura-pura dipasangkan telah dilepas se-
panjang perjalanan tol. Om Liem meringis, tubuh tuanya
58
Isi-Negeri Bedebah.indd 58 7/5/2012 9:51:07 AM