Page 57 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 57
”Mereka sudah tahu, Thom.” Suara di seberang sana terdengar
tercekat.
”Astaga!” aku berseru, sekaligus menekan klakson. Alangkah
banyaknya truk kontainer di jalan tol.
”Kami sudah berusaha menahan mereka, Thom, tetapi mereka
mendobrak kamar. Kau sekarang ada di mana? Masih jauh dari
bandara?”
Aku mengumpat dalam hati. Baru lima menit, tentu saja
masih jauh. Yang dekat itu adalah rumah Om Liem di belakang-
ku.
”Kabar baiknya mereka tidak tahu ke mana tujuan ambulans,
Thom. Semua orang di kamar kompak bilang kau telah meng-
ancam, lantas pergi begitu saja melarikan Om Liem, tidak tahu
hendak ke mana. Polisi mulai menyebar informasi ke seluruh
patroli, melakukan pengejaran.”
”Tiket, Ram. Bagaimana dengan tiket dan dokumen per-
jalanan kami?” aku memotong.
”Salah satu staf perusahaan sedang menuju bandara. Semua
tiket dan paspor dalam perjalanan. Kau tinggal ambil di meeting
point pintu keberangkatan.”
”Bagaimana dengan Tante?”
”Komandan polisi yang jengkel hendak menahan Tante Liem.
Mereka juga sempat memukul beberapa orang di rumah. Tetapi
tidak usah kaucemaskan, mereka akan bermasalah dengan
belasan pasal dalam hukum pidana jika berani menahan Tante
Liem. Dia baik-baik saja, dokter lain sedang menuju ke rumah.
Yang tidak baik itu polisi, mereka terlihat marah sekali.”
Aku menghela napas, setidaknya Tante baik-baik saja.
”Kau suruh salah satu staf lainnya menghubungi rumah sakit,
55
Isi-Negeri Bedebah.indd 55 7/5/2012 9:51:07 AM