Page 53 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 53
Tante masih menatapku bingung. Sebelum dia mengucapkan
satu patah, aku sudah mengucapkan kalimat terakhir. ”Percaya-
lah, beri aku waktu dua hari, semua kekacauan akan diberes-
kan.”
Tante menelan ludah, mulutnya kembali tertutup.
”Kalian,” aku menunjuk empat perawat yang masih gentar
melihat stick golf yang kupegang, ”bantu aku berpura-pura se-
perti situasi darurat. Berteriak-teriak, suruh menyingkir polisi
yang berjaga di ruang tengah. Kau, Dok, pimpin rombongan
paling depan, bertingkahlah seperti dokter yang galak dalam
situasi darurat. Kau paham?”
Dokter di hadapanku menelan ludah, aku mengacungkan stick
golf tinggi-tinggi.
”Ram, kau tetap tinggal di sini. Pastikan kau mengurus Tante.
Kalian tahan polisi selama kalian bisa, berbual, karang alasan,
bilang Om Liem tiba-tiba sakit perut, ada di toilet, atau bilang
Om Liem memanjat jendela, kabur ke taman belakang. Beri
kami waktu lima belas menit menuju bandara, Ram. Pastikan
kau membangunkan salah satu staf perusahaan untuk me-
nyiapkan tiket, paspor, dan dokumen perjalanan kami. Segera
menyusul ke bandara. Ada penerbangan ke Frankfurt, transit di
Dubai pukul 3 dini hari, 45 menit lagi. Kita lakukan ini demi
Om Liem, orang yang telah membantu banyak kalian selama
ini,” aku mendesis, menatap tajam semua orang dalam kamar.
Mereka balas menatapku tegang. Mereka sepertinya sudah
sempurna paham apa yang akan terjadi.
Aku menatap pintu kamar lamat-lamat, lima detik berlalu,
menghela napas, mendesis, ”Sekarang atau tidak sama sekali.
Semuanya ikut aku!”
51
Isi-Negeri Bedebah.indd 51 7/5/2012 9:51:07 AM