Page 92 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 92
lum ada rilis resmi dari bank sentral.” Shambazy, kepala editor
media online bertanya, meletakkan alat tulisnya.
”Belum. Tetapi itu seratus persen akan terjadi jika tidak ada
second opinion. Kau tahu sendiri, ada banyak pihak yang ber-
semangat melihat Bank Semesta ditutup—di luar penyidik
kepolisian, kejaksaan, atau otoritas bank sentral yang sudah tidak
sabaran sejak mereka menangani kemungkinan fraud di bank ini
setahun lalu. Aku hanya sumber informasi confidential. Aku juga
hanya menyatakan pendapat profesional. Kalian boleh setuju,
boleh juga tidak. Di luar sana, boleh jadi lebih banyak pihak
yang emosional dan menganggap bahaya dampak sistemis hanya
ilusi. Tetapi jika kalian setuju, saatnya membentuk opini yang
berbeda. Masih ada waktu, menjadi headline koran besok misal-
nya. Atau liputan khusus di televisi nanti sore. Atau sebuah
kolom opini yang bernas dan membuka mata banyak orang.
Atau artikel pendek di media online-mu, Shambazy.
”Desas-desus ini sudah di tangan banyak pihak. Kalian bisa
menggalinya lebih dalam pada pejabat bank sentral, menteri,
pejabat tinggi, siapa saja. Dengan begitu, setidaknya kalian akan
membantu menahan proses keputusan itu dibuat segera, se-
tidaknya kalian memberikan pertimbangan lain, cover both side.
Sementara itu aku bisa melakukan negosiasi dengan pihak yang
akan memutuskan.”
”Kau sudah punya angka-angka, Thom? Maksudku, jika peme-
rintah akhirnya harus menyelamatkan Bank Semesta, berapa
jumlah uang talangan yang harus diberikan?” wartawan lain ber-
tanya.
Aku terdiam sejenak, menelan ludah. ”Belum. Aku belum
punya datanya. Tapi aku segera akan punya. Kita harus tahu
90
Isi-Negeri Bedebah.indd 90 7/5/2012 9:51:08 AM